Liputan6.com, Jakarta Perusahaan jasa keuangan global, J.P. Morgan mempertahankan peringkat “overweight” (OW) di pasar saham Indonesia. JP Morgan menilai Indonesia sebagai salah satu pasar dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik pada 2022, memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.
Pandangan positif tersebut datang bahkan ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun, karena investor memindahkan dana ke China. Ha itu terjadi menyusul pembukaan kembali ekonomi negara terbesar kedua di dunia itu, seiring dicabutnya kebijakan zero tolerance Covid-19 selama tiga tahun.
Baca Juga
“Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari China, di mana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu,” kata Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia, Gioshia Ralie dikutip Sabtu (4/3/2023).
Advertisement
Di sisi lain, Ralie mencermati konsumsi domestik Indonesia masih kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi. Sehingga ia yakin bahwa pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness.
Selain itu, rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3 persen tahun ini terhadap dolar AS karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal. Hal itu juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.
“Kami berharap pasar modal bereaksi positif terhadap penguatan rupiah belakangan ini. Rupiah yang lebih kuat tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar 1 persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1 persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan,” jelas Ralie.
Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS.
69 Persen Investor Pasar Saham Masih Berasal dari Pulau Jawa
Sebaran Investor pasar saham masih didominasi wilayah Pulau Jawa. Hingga januari 2023, jumlah investor saham mencapai 10,48 juta atau naik dari Rp 10,31 juta pada Desember 2022. Porsi paling banyak didominasi wilayah Jawa Barat sebesar 22,5 persen.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara dalam diskusi bersama media di Balikpapan, Jumat (3/3/2023). Dia menyebutkan bersamaan dengan itu, secara umum nilai transaksi menurun hampir di seluruh wilayah, kecuali wilayah Jawa Timur, Sulawesi dan Papua. Transaksi per Januari 2023 mencapai Rp 287,49 triliun. Turun dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 367,13 triliun.
Melansir data OJK, DKI Jakarta dan Banten andil 19,4 persen dari sisi investor. Turun secara persentase dari sebelumnya 19,5 per Desember 2022. Transaksi dari daerah ini tercatat sebesar Rp 21,98 triliun per Januari 2023, turun dari Rp 27,49 triliun pada Desember 2022
Investor Jawa Barat tercatat mendominasi 22,5 persen, naik dari sebelumnya 22,4 persen. Dari sisi nilai transaksinya per Januari 2023 mencapai Rp 188,14 triliun, turun dari Rp 270,46 triliun pada Desember 2022.
Investor wilayah Jawa Tengah dan DIY memiliki porsi 13,8 persen, turun dari sebelumnya 13,9 persen. Dari nilai transaksinya, juga turun menjadi Rp 10,66 triliun dibanding posisi Desember sebesar Rp 12,39 triliun.
Jawa Timur andil 13,3 persen dari sisi investor, relatif sama dari sebelumnya 13,3 persen. Dari sisi transaksinya, tercatat sebesar Rp 23,73 triliun, naik dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 23.24 triliun.
Advertisement
Wilayah Lain
Kemudian posi investor Sumatera Utara yakni 10,0 persen, relatif sama dari sebelumnya 10,0 persen. Nilai transaksinya per Januari 2023 mencapaiRp 13,3 triliun, naik dari Rp 12,89 triliun pada Desember 2022.
Investor wilayah Sulawesi dan Papua tercatat mengempit porsi 5,3 persen, relatif sama dari posisi Desember 2022 sebesar 5,3 persen. Nilai transaksinya mencapai Rp 3,35 triliun, naik dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 2,96 triliun.
Lalu Sumatera Selatan dengan porsi inventor 6,8 persen.,relatif sama Desember 2022, menciptakan nilai transaksi sebesar Rp 10,99 triliun. Naik dari Rp 10,27 triliun pada Desember 2022
Porsi investor Bali dan Nusa Tenggara relatif sama sejak Desember 2022 hingga Januari 2023 yakni 3,4 persen. Namun nilai transaksi pada Januari 2022 tercatat sebesar Rp 2,47 triliun, turun dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 2,61 triliun.
Adapun investor wilayah Kalimantan memiliki andil yang juga sama dibandingkan desember tahun lalu, yakni 5,5 persen. Nilai transaksi hingga Januari 2023 turun menjadi Rp 3,98 triliun dari Rp 4,85 triliun pada Desember 2022.