Bursa Asia Bervariasi pada Awal Sesi Perdagangan, Saham Alibaba Melambung 15 Persen

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada awal perdagangan Rabu, 29 Maret 2023. Investor mencermati pergerakan saham Alibaba di Hong Kong setelah umumkan pembagian unit bisnis.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2023, 09:49 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2023, 09:16 WIB
Bursa Saham Asia Pasifik Beragam pada Rabu 29 Maret 2023
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan saham Rabu, 29 Maret 2023. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu, (29/3/2023) seiring investor cermati saham Alibaba di Hong Kong. Alibaba mengumumkan akan membagi enam grup bisnis.

Dikutip dari CNBC, di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,15 persen jelang rilis inflasi pada Februari diperkirakan mencapai 7,1 persen. Di Jepang, indeks Nikkei melemah, indeks Topix naik 0,13 persen. Indeks Kospi Korea Selatan merosot, sedangkan indeks Kosdaq naik 0,03 persen. Indeks Hang Seng melonjak 2,85 persen yang dipimpin saham Alibaba. Saham Alibaba melonjak 15 persen, sedangkan indeks Hang Seng teknologi bertambah 4,16 persen.

Di bursa saham China, indeks Shanghai naik 0,17 persen dan indeks Shenzhen bertambah 0,35 persen. Di Australia, indeks ASX 200 mendaki 0,11 persen, setelah inflasi Februari lebih lemah dari yang diperkirakan 6,8 persen.

Di bursa saham Amerika Serikat atau wall street kompak tertekan. Indeks Nasdaq melemah 0,45 persen, indeks S&P 500 susut 0,16 persen dan indeks Dow Jones susut 0,12 persen.

Saham raksasa teknologi China Alibaba melonjak 15 persen pada awal perdagangan Rabu pekan ini. Hal ini mencerminkan pergerakan sahamnya yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat.

Penguatan saham Alibaba terjadi usai mengumumkan reorganisasi perusahaan dalam semalam yang akan membuat perusahaan terpecah menjadi enam unit berbeda. Saham tersebut catat kenaikan terbesar di indeks Hang Seng bersama dengan JD.com, dan anak perusahaan teknologi informasi kesehatan Alibaba.

Penutupan Wall Street pada 28 Maret 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Selasa, 28 Maret 2023. Koreksi wall street di tengah kenaikan imbal hasil obligasi.

Dikutip dari CNBC, Rabu (29/3/2023), indeks Nasdaq melemah 0,45 persen ke posisi 11.716,08. Indeks S&P 500 merosot 0,16 persen ke posisi 3.971,27. Indeks Dow Jones terpangkas 37,83 poin atau 0,12 persen ke posisi 32.394,25.

Imbal hasil obligasi naik. Imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 2 tahun kembali naik di atas 4 persen memberikan tekanan pada saham dan emiten teknologi pada khususnya. Kenaikan suku bunga membuat keuntungan pada masa depan seperti yang dijanjikan  perusahaan berkembang menjadi kurang menarik.

“Untuk hari kedua berturut-turut, suku bunga naik, dan pasar dipimpin oleh sektor yang lebih sensitif secara ekonomi yakni energi dan industri,” ujar Global Market Strategist Invesco, Brian Levitt dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, saham teknolgi termasuk yang tertinggal yang sering terjadi saat suku bunga naik. “Untuk saat ini, investor tampaknya melihat melampaui tantangan di sektor keuangan dan menyadari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat terus bertahan,” kata dia.

Kekhawatiran tentang krisis di antara bank-bank regional Amerika Serikat telah diredakan sebagian berkat upaya pembuat kebijakan untuk mengatasi tantangan itu. Ketakutan investor kalau suku bunga lebih tinggi dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi kembali menjadi fokus.

Saham Bank Merosot

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Namun, saham bank tergelincir pada Selasa menyusul sidang kontroversial di Komite Perbankan Senat. Tiga regulator teratas masing-masing mengatakan mendukung aturan yang lebih ketat untuk bank dengan aset lebih dari USD 100 miliar.

Pergerakan pasar mengikuti sesi perdagangan yang bervariasi pada Senin, 27 Maret 2023. Investor berjuang untuk memperpanjang kenaikan pasar pekan lalu, tetapi saham teknologi berada di bawah tekanan.

Indeks Dow Jones bertambah 194,55 poin atau 0,6 persen. Indeks S&P 500 menguat 0,16 persen. Indeks Nasdaq susut 0,47 persen seiring saham teknologi yang melemah.

Sementara itu, saham jasa komunikasi mendorong indeks S&P 500 melemah seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS. Hal tersebut menekan saham teknologi dan perusahaan bertumbuh lainnya. Sektor saham itu susut 1,3 persen yang diikuti informasi teknologi melemah 1,1 persen. Saham Fox dan Match Group memimpin koreksi sehingga menekan sektor saham jasa komunikasi dengan masing-masing turun lebih dari 2 persen. Saham perusahaan teknologi besar antara lain Alphabet dan Meta masing-masing tergelincir lebih dari 1 persen.

Sedangkan indeks Dow Jones tertekan karena saham bank yang merosot. The SDPR S&P Regional Bank ETF turun 1 persen. Saham JPMorgan, Goldman Sachs dan Citigroup susut lebih dari 1 persen.

Di sisi lain, saham Signature Bank dan SVB Financial kembali diperdagangkan di bursa pada Selasa, 28 Maret 2023. Saham telah dihentikan untuk diperdagangkan setelah disita oleh regulator pada awal bulan ini.

SVB Financial yang telah ajukan kebangkrutan, kini diperdagangkan hanya dengan 27 sen per saham. Pada 9 Maret 2023, saham ditutup USD 106 per saham, sebelum bank ditutup. Signature Bank diperdagangkan sekitar 10 sen per saham turun dari USD 70 sebelum penutupan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya