Liputan6.com, Jakarta - Anak usaha PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Recommerce Internasional Indonesia (RII) merampungkan akuisisi perusahaan Malaysia, iPrice Ventures Sdn Bhd (iPrice). Nilai akuisisi yakni USD 130 ribu atau setara Rp 1,97 miliar.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bukalapak.com Tbk, Teddy Nuryanto Oetomo menjelaskan, pada 31 Maret 2023, RII telah memenuhi kewajiban notifikasi pengambilalihan saham iPrice kepada Direktorat Merger & Akuisisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Hal tersebut juga telah diregistrasikan oleh KPPU.
Baca Juga
"Pemenuhan kewajiban notifikasi kepada KPPU tersebut sekaligus menandai penyelesaian proses pengambilalihan atau akuisisi 100 persen saham iPrice, suatu badan hukum yang berkedudukan di Malaysia," terang Teddy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/4/2023).
Advertisement
Tujuan akuisisi iPrice adalah untuk memperkuat usaha penjualan barang elektronik milik RII dengan merek GOATS yang telah berjalan agar dapat meningkatkan manfaat dan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Terutama pada peningkatan layanan yang dapat ditawarkan kepada pelanggan.
Hal ini dikarenakan iPrice memiliki kapabilitas yang terbukti kuat dalam menghadirkan komparasi produk dan harga serta potongan diskon maupun voucher, sehingga konsumen dapat memperoleh penawaran terbaik.
"Selain itu, akuisisi dimaksudkan untuk memperkuat ekosistem induk usaha RII, yakni Perseroan, sebagai perusahaan platform digital dengan tujuan komersil yang berfokus pada pemberdayaan dan dukungan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia,” imbuh Teddy.
Teddy mengatakan, tidak ada dampak material yang merugikan terhadap Perseroan terkait akuisisi iPrice tersebut, baik terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan operasional Bukalapak dan RII.
Kinerja Keuangan 2022
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan kinerja perseroan periode 12 bulan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, Bukalapak berhasil mencatatkan kinerja positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan Bukalapak, Selasa (28/3/2023), perseroan berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 93,6 persen menjadi Rp 3,62 triliun dari Rp 1,87 triliun pada 2021. Bersamaan dengan itu, perseroan mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi Rp 2,56 triliun dari Rp 441,43 miliar pada tahun sebelumnya. Beban penjualan dan pemasaran susut menjadi Rp 1,03 triliun dari sebelumnya Rp 11,64 triliun.
Beban umum dan administrasi pada 2022 naik menjadi Rp 2,54 triliun dari p 1,45 triliun pada 2021. Pada periode yang sama, perseroan membukukan pendapatan operasi lainnya senilai Rp 338,46 miliar dari tahun sebelumnya yang mencatatkan beban operasi lainnya sebesar Rp 45,29 miliar.
Tahun lalu, perseroan juga mencatatkan laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi senilai Rp 3,94 triliun, di mana pada tahun sebelumnya pos tersebut masih nihil.
Dari rincian itu, perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 1,76 triliun hingga akhir 2022. Capaian ini berbalik dari tahun sebelumnya di mana rugi usaha tercatat sebesar Rp 1,71 triliun.
Bukalapak mencatatkan pendapatan keuangan sebesar Rp 451,04 miliar, beban keuangan Rp 7,08 miliar dan bagian rugi entitas asosiasi Rp 23,35 miliar.
Advertisement
Laba Bersih
Setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 1,98 triliun, berbalik dari tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi Rp 1,68 triliun. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yakni sebesar Rp 1,99 triliun, berbalik dari posisi tahun sebelumnya yang masih rugi Rp 1,67 triliun. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 19,25 dari sebelumnya rugi per saham sebesar Rp 16,23.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan Desember 2022 naik menjadi Rp 27,41 triliun dari tahun sebelumnya Rp 26,62 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 22 triliun dan aset tidak lancar sekitar Rp 5,4 triliun.
Liabilitas susut menjadi Rp 907,92 miliar pada akhir Desember 2022 dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 3,12 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 808,86 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 99,07 miliar. Adapun ekuitas naik menjadi Rp 26,5 triliun dari Rp 23,5 triliun paa Desember 2021.
Faktor Pendorong
Mengutip dari keterangan tertulis, perseroan mencatat pendapatan Mitra pada 2022 tumbuh 141 persen menjadi Rp 1,96 triliun. Kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan perseroan naik dari 44 persen pada tahun buku yang berakhir 31 Desember 2021 menjadi 54 persen pada 2022.
Di sisi lain,Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (adjusted Ebitda) sebesar -Rp 235 miliar pada kuartal IV 2022. Rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal IV 2021 menjadi -0,6 persen pada kuartal IV 2022.
Bukalapak mencetak laba operasional sebesar Rp 1,76 triliun pada 2022, atau meningkat 203 persen dari rugi operasional sebesar Rp 1,70 triliun pada 2021, terutama disebabkan oleh laba nilai investasi marked-to-market dari PT Allo Bank Tbk.
Oleh karena itu, perseroan juga mencatat laba bersih Rp 1,97 triliun pada 2022, atau naik 218 persen dari rugi bersih Rp 1,67 triliun pada 2021.
Meskipun Perseroan telah mencatat laba bersih pada 2022, Perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional Perseroan. Oleh karena itu, manajemen Perseroan tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja Perseroan.
Dengan peningkatan efisiensi yang diiringi oleh pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas Perseroan, termasuk dengan investasi lancar seperti obligasi pemerintah dan reksa dana sebesar Rp 20,3 triliun pada akhir kuartal IV 2022. Dengan rata-rata pendapatan bunga per kuartal dan meningkatnya EBITDA per kuartal, Bukalapak memiliki cash runway untuk lebih dari 50 tahun.
Advertisement