Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Sebelumnya, rencana rights issue tersebut telah mendapat restu pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 29 November 2022, dengan jumlah sebanyak-banyaknya 20 miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100 per lembar.
Baca Juga
Namun, karena mempertimbangkan kondisi pasar terkini, dewan direksi dan komisaris Bank Mayapada Internasional berencana menambah jumlah saham yang akan dilepas dalam rights issue.
Advertisement
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (25/8/2023), jumlah saham yang akan ditawarkan menjadi sebanyak-banyaknya 27 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Persetujuan ini akan menjadi pengganti Keputusan RUPSLB 29 November 2022.
Seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD XIV, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan dipergunakan seluruhnya oleh Perseroan untuk memperkuat struktur permodalan sebagai komponen modal inti (Tier-1) dan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha terutama dalam pemberian kredit.
Rencana PMHMETD XIV ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan Perseroan, sehingga dapat menambah kemampuan Perseroan untuk meningkatkan kegiatan usaha, kinerja Perseroan dan daya saing dalam industri yang sama. Dengan meningkatnya kinerja dan daya saing Perseroan, diharapkan pula dapat meningkatkan imbal hasil nilai investasi bagi seluruh pemegang saham Perseroan. Selain itu penambahan modal ini juga memberikan pengaruh kepada pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya yaitu akan terkena dilusi atas persentase kepemilikan saham Perseroan.
Adapun Dato Sri Tahir menjadi komisaris utama di Bank Mayapada Internasional (MAYA). Ia juga memiliki sekitar 4,79 persen saham MAYA. Berdasarkan data Forbes, Tahir dan Keluarga berada di posisi ke-9 dari 50 orang terkaya di Indonesia pada 2022. Kekayaan Tahir dan keluarga tercatat USD 5,8 miliar.
Usai Dapat Suntikan Modal Rp 3 Triliun, Bagaimana Gerak Saham Bank Mayapada?
Sebelumnya, saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) ditutup pada zona merah pada perdagangan hari ini, Jumat 14 Juli 2023.
Saham Bank milik Taipan Dato Sri Tahir itu susut 0,85 persen ke posisi 580. Saham MAYA dibuka pada posisi 580 dan bergerak pada rentang 575-660. Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham MAYA tercatat sebanyak 2.274 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 8,24 juta lembar senilai Rp 5,05 miliar.
Dalam sepekan, harga saham MAYA naik 23,4 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham MAYA naik tipis 0,87 persen. Pada pekan ini, saham MAYA sempat sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 24,46 persen ke posisi 580 pada Rabu, 12 Juli 2023.
Penguatan harga saham MAYA itu berlangsung setelah perseroan menerima suntikan modal Rp 3 triliun pada akhir Juni lalu. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan, Bank Mayapada dalam rangka pengembangan bisnis ke depan memerlukan langkah-langkah konkret.
Antara lain penanganan aset bermasalah sebagai akibat wan prestasi debitur dalam penyelesaian kewajiban nya kepada bank. Disamping itu, Bank perlu melakukan langkah-langkah penguatan permodalan untuk mendukung peningkatan kinerja dan pengembangan usaha.
Â
Â
Advertisement
Penguatan Permodalan
"Sebagai bagian dari upaya nyata dan komitmen dari pemegang saham, pada akhir Juni 2023 lalu, Pemegang saham telah merealisasikan komitmen penguatan permodalan dengan melakukan tambahan setoran modal sejumlah Rp 3 triliun. Setoran permodalan tersebut akan membantu perbaikan kinerja Bank pada saat ini dan di waktu yang akan datang," ujar Dian dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (14/7/2023).
Bank Mayapada International Tbk dibentuk pada 7 September 1989 di Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada 10 Januari 1990, kemudian mulai beroperasi secara komersial pada 16 Maret 1990. Sejak 23 Maret 1990 Perusahaan resmi menjadi bank umum, yang diikuti perolehan ijin dari Bank Indonesia sebagai bank devisa pada 1993.
Pada 1995 Bank berubah nama menjadi PT Bank Mayapada Internasional dan mengambil inisiatif untuk go public pada 1997. Melansir keterbukaan informasi Bursa, pemegang saham Bank Mayapada per 30 Juni, antara lain PT Mayapada Karunia Corporation mengempit 29,89 persen.
Kemudian JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd 19,38 persen, Galasco Investment Limited dengan porsi 12,67 persen, Liang Xian Limited 12,39 persen, dan Unity Rise Limiter 7,31 persen. Dato Sri Tahir sendiri tercatat memegang 4,79 persen saham MAYA. Kemudian PT Mayapada Kasih Corporation memegang 4,77 persen, dan sisanya dimiliki oleh masyarakat.