Liputan6.com, Jakarta - Investor asing melakukan aksi jual saham pada 2023. Lantas, bagaimana prospek aksi investor asing di pasar modal Indonesia pada akhir 2023?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 3,37 triliun hingga perdagangan Selasa, 19 September 2023.
Baca Juga
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menilai efek dari kenaikan suku bunga AS tentunya memicu capital outflow pada 2023. Hal ini juga terlihat dari pelemahan Rupiah saat ini.
Advertisement
"Ke depan juga ada pemilihan umum (pemilu) sehingga sentimen capital outflow diprediksi masih terjadi," kata Roger kepada Liputan6.com, dikutip Rabu (20/9/2023).
Meski demikian, ia mencermati investor asing masih tertarik pada saham-saham big bank atau bank kakap. Sebab, emiten tersebut kinerjanya masih positif pada tahun ini.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, pasar modal Indonesia dinilai kurang menarik oleh investor asing. Sebab, selisih suku bunga BI dan the Fed tidak terlalu besar.
"Di mata investor asing, saat ini kurang menarik untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini disebabkan perbedaan antara BI rate dan Fed rate tidak terlalu lebar. Sehingga kalau diekspektasikan the Fed masih akan menaikkan suku bunga, lebih baik uangnya diinvestasikan di negara paman Sam tersebut," kata Desmond.
Dengan begitu, ia menyebut, investor asing juga masih wait and see akan perkembangan politik di Indonesia mendekati pemilu 2024
"Pasar saham Indonesia juga tidak ke mana-mana sepanjang tahun 2023 ini," kata dia.
Bagi para investor, Desmond merekomendasikan saham blue chip perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI. Namun, untuk mengoleksi saham tersebut sebaiknya jika terjadi koreksi cukup signifikan. Ini mengingat, saat ini valuasinya masih mahal.
Investor Asing Jual Saham Sepanjang 2023, Ini Alasannya
Sebelumnya, investor asing mencatat aksi jual saham sepanjang 2023. Analis menilai, aksi jual saham oleh investor asing didorong pengalihan dana ke obligasi atau surat utang.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 4,1 triliun hingga perdagangan Jumat, 15 September 2023. Pada Jumat, 15 September 2023, investor asing melepas saham Rp 1,3 triliun.
Kondisi ini berbeda dari 2022. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investor asing membukukan aksi beli saham sekitar Rp 60,58 triliun.
Berdasarkan data RTI, saham-saham yang dilepas investor asing secara year to date (ytd) antara lain saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 2,2 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar Rp 1,1 triliun, PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 888,6 miliar, PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) sebesar Rp 804,7 miliar dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar Rp 777,5 miliar.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, investor asing masih mencatat aksi jual secara year to date (ytd) di pasar saham karena investor asing masuk ke pasar obligasi yang dinilai lebih menarik ketimbang saham.
Advertisement
Investor Asing Wait and See
Herditya menuturkan, investor asing beralih ke pasar obligasi seiring masih ada pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
"Ditambah dengan harga komoditas dunia yang masih cenderung fluktuatif serta ekonomi China yang cenderung stagnan membuat ketidakpastian. Hal tersebut membuat kecenderungan investor beralih ke instrumen yang memiliki tingkat risiko yang rendha,” ujar dia.
Sementara itu, pengamat pasar modal Desmond Wira mengatakan, di mata investor asing, saat ini kurang menarik investasi di Indonesia. Hal ini karena perbedaan antara suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan Fed Rate tidak terlalu lebar.
“Sehingga kalau diekspektasikan the Fed masih akan menaikkan suku bunga, lebih baik uangnya diinvestasikan di negara paman Sam tersebut,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Investor Asing Wait and See
Selain itu, ia menilai pasar saham Indonesia juga stagnan sepanjang 2023. “Investor asing juga masih wait and see perkembangan politik di Indonesia mendekati Pemilu 2024,” ujar dia.
Adapun secara ytd, kinerja IHSG naik 1,9 persen menjadi 6.982. Sementara itu, indeks LQ45 menguat 2,56 persen ke posisi 961,20.
Sektor saham yang menopang IHSG antara lain sektor saham transportasi dan logistic naik 10,5 persen, disusul sektor saham bahan baku melonjak 9,55 persen, dan sektor saham infrastruktur tumbuh 5,6 persen.
Sedangkan sektor saham yang beban IHSG antara lain sektor saham teknologi anjlok 14,6 persen, sektor saham perawatan kesehatan turun 6,67 persen dan sektor saham energi terpangkas 5,55 persen.