OJK Sebut Karakter Bursa Karbon Beda dengan Saham

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, agar tidak membandingkan bursa karbon dengan pasar saham.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 09 Okt 2023, 18:48 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2023, 18:47 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi. (Foto: tangkapan layar/Elga N)
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi. (Foto: tangkapan layar/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan agar tidak membandingkan bursa karbon dengan bursa saham. Sebab, keduanya memiliki karakter yang berbeda. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menilai perkembangan bursa karbon di Indonesia cukup baik dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. 

"Tidak membandingkan dengan pasar equity ya, karena memang lain karakternya itu berbeda dan tentunya ini bukan perdagangan yang spekulasi yang jual beli dalam satu hari keluar begitu,” ujar dia dalam RDK OJK, Senin (9/10/2023). 

Menurut ia, Malaysia butuh waktu lebih dari satu tahun untuk membuat perdagangan bursa karbon di negaranya aktif. Sedangkan, di Indonesia sendiri sejak meluncur hingga akhir September telah mencatatkan transaksi sebanyak Rp 29,21 miliar. 

"Sejak launching 26 -29 September telah terjadi transaksi Rp 29,21 miliar dan unit karbon yang diperdagangkan pelakunya itu adalah 16, 1 pelaku penjual PGEO dan 15 perusahaan pembeli,” kata dia.

Dia bilang, dalam waktu dekat ada lagi satu perusahaan yang listing di IDXCarbon. Selain itu, OJK juga terus melakukan kajian terhadap perkembangan bursa karbon di Indonesia serta melakukan koordinasi dengan lembaga terkait, misalnya Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Marves. 

“Kami tentunya berharap ke depan supply banyak dan demand pun juga semakin banyak,” imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Transaksi di Bursa Karbon Sepi, BEI Buka Suara

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara soal sepinya transaksi di bursa karbon (IDXCarbon) usai peluncuran perdana. Padahal, saat perdagangan perdana transaksi di bursa karbon menyentuh Rp 29,20 miliar, akan tetapi pada hari kedua tidak ada transaksi sama sekali alias Rp 0. 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menganggap sepinya transaksi di bursa karbon merupakan hal wajar. Ini mengingat bursa karbon tidak se-likuid bursa saham. 

"Nature bursa karbon memang tidak se-likuid bursa saham," ujar dia kepada awak media, Jumat (29/9/2023). 

Dia bilang, karena ini masih tahap awal, jumlah pengguna jasa juga belum cukup banyak. Dengan demikian, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan pertemuan dengan perusahaan potensial. 

"Diharapkan nantinya jumlah demand dan supply akan cukup banyak sehingga bursa karbon akan lebih likuid," kata dia.

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan 27 transaksi di bursa karbon dengan jumlah volume transaksi sebesar 459.953 tCO2 pada penutupan perdagangan perdana, Selasa, 26 September 2023.

Sementara itu, terdapat 15 (pengguna jasa) pembeli unit karbon melalui satu penjual. Kemudian, total pengguna jasa (user) per hari ini mencapai 16 user.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, harga pembukaan bursa karbon di pasar reguler tercatat sebesar Rp 69.600, sedangkan harga penutupan pasar reguler senilai Rp 77.000.

Transaksi perdagangan karbon pada hari ini mencapai Rp 29.208.036.359 dengan total volume perdagangan sebanyak 459.953 tCO2. Tercatat ada 27 transaksi perdagangan karbon sepanjang hari ini.

"Total pengguna jasa (user) perdagangan karbon hari ini berjumlah 16 user yang terdiri dari pembeli sebanyak 15 user dan penjual sebanyak satu user," ungkap Jeffrey kepada awak media, Selasa, 26 September 2023.

 


Pembeli Unit Karbon

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada awal pekan terdapat 17 kali transaksi perdagangan karbon di pasar reguler, transaksi di pasar negosiasi sebanyak 3 kali, serta transaksi di pasar lelang 7 kali.

Penyedia Unit Karbon pada perdagangan perdana kali ini yaitu Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) yang menyediakan Unit Karbon dari Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Adapun perusahaan-perusahaan yang berperan sebagai pembeli Unit Karbon pada perdagangan perdana IDXCarbon, yaitu di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas (bagian dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk).

Selain itu, ada juga PT CarbonX Bumi Harmoni, PT MMS Group Indonesia, PT Multi Optimal Riset dan Edukasi, PT Pamapersada Nusantara, PT Pelita Air Service, PT Pertamina Hulu Energi dan PT Pertamina Patra Niaga.

 

 


Nilai Transaksi

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan 27 transaksi di bursa karbon dengan jumlah volume transaksi sebesar 459.953 tCO2 pada penutupan perdagangan perdana, Selasa (26/9/2023). 

Sementara itu, terdapat 15 (pengguna jasa) pembeli unit karbon melalui satu penjual. Kemudian, total pengguna jasa (user) per hari ini mencapai 16 user. 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, harga pembukaan bursa karbon di pasar reguler tercatat sebesar Rp 69.600, sedangkan harga penutupan pasar reguler senilai Rp 77.000.

Transaksi perdagangan karbon pada hari ini mencapai Rp 29.208.036.359 dengan total volume perdagangan sebanyak 459.953 tCO2. Tercatat ada 27 transaksi perdagangan karbon sepanjang hari ini.

"Total pengguna jasa (user) perdagangan karbon hari ini berjumlah 16 user yang terdiri dari pembeli sebanyak 15 user dan penjual sebanyak satu user,” ungkap Jeffrey kepada awak media, Selasa (26/9).

Sepanjang hari ini terdapat 17 kali transaksi perdagangan karbon di pasar reguler, transaksi di pasar negosiasi sebanyak 3 kali, serta transaksi di pasar lelang 7 kali.

Penyedia Unit Karbon pada perdagangan perdana kali ini yaitu Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) yang menyediakan Unit Karbon dari Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Adapun perusahaan-perusahaan yang berperan sebagai pembeli Unit Karbon pada perdagangan perdana IDXCarbon, yaitu di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas (bagian dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk). 

 

 

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya