Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga kuartal III 2023.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatat laba bersih tumbuh 19,7 persen menjadi USD 133,4 juta atau Rp 2,06 triliun (kurs Rp 15.487 per 30 September 2023) dari periode sama tahun sebelumnya USD 111,4 juta.
Baca Juga
Pertumbuhan laba itu didukung dari kenaikan pendapatan perseroan. Pendapatan Pertamina Geothermal Energy naik 7,4 persen menjadi USD 308,92 juta atau Rp 4,7 triliun hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 287,39 juta.
Advertisement
Beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya naik menjadi USD 126,21 juta hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 122,40 juta. Dengan demikian, laba bruto tumbuh 10,7 persen menjadi USD 182,71 juta hingga September 2023. Pada periode sama tahun lalu, laba bruto tercatat USD 164,99 juta.
Beban umum dan administrasi tercatat USD 2,50 juta hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,90 juta. Pendapatan keuangan melonjak 2.519 persen menjadi USD 12,9 juta dari kuartal III 2023 sebesar USD 494.000. Pendapatan lain-lain naik menjadi USD 22,93 juta hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 16,9 juta.
Dengan demikian, laba usaha perseroan tumbuh 20,07 persen menjadi USD 215,98 juta hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 179,87 juta.
Laba per saham dasar diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat 0,0032 hingga kuartal III 2023 dari periode sama tahun sebelumnya 0,0036.
Total ekuitas naik menjadi USD 1,93 miliar pada kuartal III 2023 dari periode Desember 2022 sebesar USD 1,25 miliar. Total liabilitas turun menjadi USD 966,88 juta hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 1,21 miliar.
Total aset perseroan melonjak menjadi USD 2,90 miliar hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar USD 2,47 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 682,99 juta hingga kuartal III 2023 dari periode Desember 2022 USD 263,30 juta.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 27 Oktober 2023, saham PGEO melonjak 3,04 persen menjadi Rp 1.355 per saham.Saham PGEO dibuka stagnan di posisi Rp 1.315 per saham. Saham PGEO berada di level tertinggi Rp 1.365 dan terendah Rp 1.310 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.638 kali dengan volume perdagangan 349.799 saham. Nilai transaksi Rp 47 miliar.
Pendapatan Karbon
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), Nelwin Aldriansyah menuturkan, pencapaian ini menunjukkan PGE telah berhasil mengelola keuangan dengan baik.
"Selain itu juga PGE telah mampu meningkatkan kinerja operasional dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," ujar dia seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Pada kuartal-III 2023 ini, PGE juga sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar USD 732 ribu atau Rp11,3 miliar yang merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia. Nelwin mengatakan, capaian ini telah membuat PGE berada di posisi keuangan solid untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat debt to equity ratio (DER) yang kuat, yaitu di 36,8 persen.
"Dengan tingkat DER yang baik ini menjadi sinyal positif bagi kami untuk membuka peluang ekspansi usaha melalui pendanaan pihak ketiga," ujar Nelwin.
Sisi ekuitas Perseroan juga menunjukkan tren meningkat dari USD 1,25 juta menjadi USD 1,93 juta atau Rp29,8 miliar apabila dibandingkan dengan 31 Desember 2022. Hal ini menunjukkan, kata Nelwin, PGE berada dalam kondisi keuangan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk membayar hutang dan menghasilkan laba.
Advertisement
Penyumbang Pendapatan Terbesar
Dari seluruh area, sampai dengan kuartal III-2023 pendapatan PGE Area Kamojang menyumbang pendapatan terbesar Perseroan senilai USD 109,6 juta atau Rp1,6 triliun, yang kemudian disusul oleh PGE Area Ulubelu senilai USD 86,1 juta atau Rp1,3 triliun.
Lantas dalam upaya mengukuhkan posisi sebagai world class green energy company, pada kuartal III-2023 ini Perseroan aktif melakukan kerja sama strategis dengan berbagai pihak di antaranya PT Jasa Daya Chevron (Chevron) dalam pengembangan Way Ratai, Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi pada konsesi Longonot di Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC).
"Pencapaian yang sudah sangat baik ini tentunya akan menjadi pemacu kami untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam menyediakan energi hijau bagi masyarakat Indonesia," ujar Nelwin.
Bidik Pasar Kenya
Sebelumnya diberitakan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) siap memasuki arena bisnis panas bumi global. Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi mengatakan ekspansi pasar internasional ini sebagai bagian dari ambisi perseroan menjadi world class green energy company.
Saat ini beberapa negara sudah menjadi target pasar perseroan, mulai dari Afrika, Eropa, maupun Asia. Julfi menambahkan ekspansi ke luar negeri ini akan menambah rencana pengembangan bisnis Pertamina Geothermal Energy, sembari tetap berfokus dalam memaksimalkan potensi panas bumi di dalam negeri.
"Kami akan tetap memenuhi komitmen kami menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang," ujar Julfi dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (19/8/2023).
Sebagai tahap awal, Julfi mengatakan pihaknya bakal menjajaki pengembangan bisnis dengan Kenya yang berada di Benua Afrika. Alasan menjajaki bisnis dengan Kenya karena negara yang berada di bagian timur Afrika itu memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Advertisement
Ambisi Kenya
"Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan keamanan yang terus membaik tentunya menjadi peluang bisnis positif bagi Pertamina Geothermal Energy dalam melakukan ekspansi bisnis secara global," imbuh Julfi.
Kenya merupakan yang terdepan di Afrika dalam pengembangan panas bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 865 MW dan berada di posisi ke-7 dalam peringkat global. Pada tahun 2030, Kenya menargetkan memiliki 5.530 MW total kapasitas terpasang. Saat ini Kenya memiliki total potensi panas bumi sebesar 7 GW.
Ambisi Kenya
Dengan target sebesar itu, Kenya berambisi untuk menjadikan panas bumi sebagai sumber energi bersih terbesar di negara mereka pada tahun 2030. Selain itu, Pemerintah Kenya juga memiliki kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga panas bumi secara signifikan karena bersifat alami, mampu memenuhi beban listrik dasar (baseload), ramah lingkungan, dan hemat biaya.
Selain Kenya, beberapa negara yang kini tengah dibidik Pertamina Geothermal Energy untuk pengembangan bisnis dan kerja sama adalah Turki dan Jerman. Menurut Renewables 2022 Global Status Report, di Turki panas bumi menyumbang 3 persen dari kebutuhan listrik nasional. "Dengan semua potensi dan peluang di pasar global tersebut, kami berharap dapat menjadi tambahan kontribusi bagi devisa negara," ujar Julfi.