Wall Street Naik Tipis, Indeks Nasdaq Catat Penguatan Terbesar

Wall street menguat tipis pada awal pekan ini, dengan indeks Nasdaq catat penguatan terbesar yang didukung kenaikan saham Nvidia.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Nov 2023, 06:49 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2023, 06:49 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tipis pada perdagangan Senin, 6 November 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tipis pada perdagangan Senin, 6 November 2023 sehingga melanjutkan reli kuat pekan lalu. Indeks Nasdaq mencatat rekor positif terpanjang sejak Januari 2023.

Dikutip dari CNBC, Selasa (7/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melompat 0,3 persen ke posisi 13.518,78. Sedangkan indeks S&P 500 naik 0,18 persen ke posisi 4.365,98. Indeks Dow Jones bertambah 34,54 poin atau 0,1 persen ke posisi 34.095,86.

"Apa yang kami lihat adalah pasar berhenti sejenak untuk mencerna reli yang sangat kuat pekan lalu. Anda berada dalam situasi di mana pasar hanya berhenti sejenak untuk konsolidasikan pergerakan baru-baru ini dan menunggu katalis bullish berikutnya keluar, dan kemungkinan besar itu adalah salah satu dari pernyataan kepala the Fed Jerome Powell,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.

Indeks Nasdaq mencatat kinerja positif selama tujuh hari untuk pertama kalinya sejak Januari. Indeks Dow Jones dan S&P 500 naik dalam enam hari berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli dan Juni.

Saham Nvidia bertambah 1,7 persen didorong oleh optimisme dari Bank of America menjelang laporan laba perseroan. Sementara itu, saham Bumble tergelincir 4,4 persen setelah aplikasi kencan itu mengumumkan CEO-nya mundur pada Januari.

Saham SolarEdge Technologies anjlok 5,1 persen karena penurunan peringkat dari Wells Fargo. Imbal hasil obligasi juga membalikkan tren pekan lalu dengan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik 9 basis poin menjadi 4,653 persen.

Adapun saham dinilai sedang menuju pekan terbaik pada 2023. Indeks Dow Jones catat kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2022. Indeks S&P 500 dan Nasdaq membukukan kenaikan terbesar dalam sepekan sejak November 2022.

Laporan pekerjaan bulanan yang lemah juga mendorong imbal hasil obligasi lebih rendah memberikan dorongan pada saham.

"Pasar saham memiliki awal yang kuat pada November, dan langkah ini tampaknya pantas dilakukan mengingat apa yang kita lihat sebagian besar, meskipun tidak semua sentimen,” ujar Head of Equity Strategy RBC Capital Markets, Lori Calvasina.

Rilis Laporan Keuangan Mereda

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Ia memandang selama sebulan terakhir jika lonjakan imbal hasil obligasi segera dihentikan, saham dapat keluar tanpa menimbulkan terlalu banyak kerugian.

Selain itu, pada pekan ini merupakan periode yang sepi bagi data ekonomi dan rilis laba perusahaan. Namun, rilis laporan keuangan yang mereda dapat menolong pemulihan saham. Menurut the Stock Traders Almanac, November merupakan bulan dengan kinerja terbaik untuk S&P.

Adam Turnquist dari LPL Financial menekankan, pada periode juga memulai periode pengembalian hasil enam bulan yang terbaik untuk pasar sejak 1950.

"S&P 500 telah menghasilkan rata-rata pengembalian 7 persen dari November hingga April sejak saat itu,” ujar Adam.

Musim laporan keuangan sudah mereda, dengan lebih dari 400 perusahaan S&P 500 telah melaporkan hasil keuangan kuartalannya. Pekan ini, investor menunggu kabar terbaru dari Walt Disney, Wynn, MGM Resorts dan Occidental Petroleum.

Pelaku pasar juga akan mengamati pernyataan ketua The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell yang dijadwalkan untuk berbicara dua kali dalam beberapa hari mendatang. Pekan lalu, bank sentral mempertahankan suku bunga untuk pertemuan kedua berturut-turut karena anjloknya imbal hasil obligasi. Investor berharap kebijakan kenaikan suku bunga the Fed akan segera berakhir.

Prediksi Pasar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, analis JPMorgan Marko Kolanovic mengingatkan, reli pasar baru-baru ini yang pekan lalu menampilkan kenaikan mingguan terbaik S&P 500 pada 2023 akan segera berbalik.

“Kami percaya saham akan segera kembali ke risk-reward yang tidak menarik karena the Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama, valuasi mahal, ekspektasi laba yang tetap terlalu optimistis, kekuatan penetapan harga yang melemah, margin keuntungan yang berisiko dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pendapatan akan terus berlanjut,” tulis Kolanovic.

Ia menambahkan, kabar buruknya zona berita baik mungkin sedikit karena sulit membedakan antara perlambatan yang sehat dan tahap awal resesi tanpa melihat ke belakang.

“Dengan pasar memperkirakan dengan sangat mudah pada pertengahan 2024, valuasi yang mahal dan peningkatkan pasokan, kami secara taktis melakukan short pada imbal hasil obligasi bertenor 7 tahun setelah ambil keuntungan dari posisi beli pada imbal hasil obligasi bertenor 5 tahun, dan mencari kurva lebih curam pada jangka panjang,” kata dia.

Laporan Keuangan Kuartal III 2023 Sesuai Harapan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Menurut Bank of America, investor tidak perlu khawatir dengan laporan keuangan kuartal III 2023. Laba per saham untuk periode itu diperkirakan berada pada posisi 4 persen dibandingkan konsensus yang akan sejalan dengan perkiraan perusahaan dan dua kali lipat dari tingkat rata-rata. Hal itu disampaikan Analis Bank of America, Savita Subramanian.

“Tidak termasuk energi, laba naik 10 persen (year over year). Kapitalisasi pasar teknologi terbesar merupakan kontributor besar, tetapi meski tidak termasuk magnificent 7, laba turun 3 persen,”

Amazon dan Microsoft menjadi kontributor terbesar terhadap penurunan earning per share (EPS) S&P 500. “Sejauh ini sementara Pfizer dan Moderna yang paling lamban,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya