Wall Street Melejit, Indeks Nasdaq Pimpin Penguatan Tersengat Saham Induk Usaha Google

Wall street melesat pada perdagangan Kamis, 7 Desember 2023 waktu setempat. Indeks Nasdaq pimpin penguatan berkat saham induk usaha Google.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Des 2023, 07:01 WIB
Diterbitkan 08 Des 2023, 07:01 WIB
Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 hentikan penurunan tiga hari berturut-turut seiring rilis laporan pekerjaan AS.

Mengutip laman CNBC, Jumat (8/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,80 persen ke posisi 4.585,59. Indeks Dow Jones bertambah 62,95 poin atau 0,17 persen ke posisi 36.117,38. Indeks Nasdaq menguat 1,37 persen ke posisi 14.339,99 seiring kinerja saham teknologi yang lebih baik.

Saham induk usaha Google yakni Alfabet menguat lebih dari 5 persen seiring pelaku pasar menyambut baik peluncuran model kecerdasan buatan Gemini. Saham Nvidia dan AMD masing-masing bertambah lebih dari 2 persen dan 9 persen.

Indeks Nasdaq juga mencatat kinerja lebih baik selama sepekan. Indeks Nasdaq menguat 0,2 persen.  Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat penurunan masing-masing sekitar 0,4 persen dan 0,2 persen.

Kenaikan indeks saham acuan di wall street juga hentikan penurunan tiga hari berturut-turut pertama sejak Oktober untuk indeks Dow Jones dan indeks S&P 500. Penurunan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran apakah reli terhenti pada akhir 2023.

Tiga indeks acuan masih tetap siap untuk akhir 2023 tetap catat kinerja lebih tinggi. Menekankan kekuatan reli yang terlihat sebelumnya.

Pada pekan ini, laporan tenaga kerja AS menjadi fokus investor di tengah serangkan rilis data yang beragam. Klaim pengangguran mingguan yang dirilis pada Kamis pekan ini berada di bawah harapan ekonom dan angka klaim pengangguran yang berkelanjutan menurun. Ini menunjukkan laju PHK tidak meningkat.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menguat setelah rilis data ekonomi tersebut, mencerminkan kekhawatiran seputar kekuatan pasar tenaga kerja AS meski ada upaya the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi. Imbal hasil obligasi terakhir naik hampir tiga basis poin menjadi 4,148 persen.

 

Data Ekonomi AS

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)
Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Data penggajian swasta yang dikeluarkan pada Rabu pekan ini menunjukkan pemberi kerja menambah sedikit lowongan dibandingkan perkiraan ekonom.

Sementara itu, volume lowongan pekerjaan pada Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021, menurut data Departemen Tenaga Kerja.

Hal ini meninggalkan gambaran yang membingungkan pelaku pasar menjelang rilis data utama, laporan tenaga kerja AS yang resmi dirilis pada Jumat, 8 Desember 2023.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi 190.000 pekerjaan akan ditambahkan pada November, sebuah peningkatan dari bulan sebelumnya. Investor berharap tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja AS sehingga the Fed merasa nyaman dengan keputusannya untuk hentikan kenaikan suku bunga.

“Pasar kemungkinan besar terlalu terburu-buru dalam memperkirakan penurunan suku bunga pada awal tahun depan. Jumlah pekerjaan bisa melemahkan sentimen,” kata  Chief Investment Officer NorthEnd Private Wealth, Alex McGrath.

Di sisi lain, banyak yang antisipasi skenario “goldilocks” pada 2024. Akan tetapi, Citi menuturkan, hal tersebut tidak terlalu optimistis. Citi prediksi resesi akan dimulai pada kuartal II 2024.

“Tanda-tanda awal menunjukkan kenaikan suku bunga kebijakan yang cepat selama dua tahun terakhir, dan perlu menahan untuk menurunkan inflasi akan menyebabkan resesi tahun depan,” ujar Andrew Hollenhorst dalam catatannya.

Ia menambahkan, bahkan dengan perhitungkan resesi, inflasi inti kemungkinan akan tetap lengket di atas target 2 persen pada 2024.

“Dalam kasus dasar kami, the Fed memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin tahun depan, dimulai Juli,” ia menambahkan.

Penutupan Wall Street pada Rabu 5 Desember 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023. Investor menilai data yang menunjukkan penurunan inflasi dan laporan pekerjaan yang semakin dekat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (7/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 70,13 poin atau 0,19 persen ke posisi 36.054,43. Indeks S&P 500 tergelincir 0,39 persen ke posisi 4.549,34. Indeks Nasdaq susut 0,58 persen ke posisi 14.146,71. Ini ada hari ketiga penurunan bagi indeks Dow Jones dan S&P 500, yang pertama sejak Oktober untuk kedua indeks saham acuan tersebut.

Tiga indeks acuan di wall street melepaskan kenaikan sebelumnya, dengan indeks Dow Jones naik hampir 170 poin pada sesi tertingginya. Ketiga indeks acuan itu diperdagangkan masing-masing di atas dan bawah garis datar pada sesi yang bergejolak.

Pasar awalnya mendapatkan dorongan pada perdagangan Rabu pagi setelah data ekonomi. Penurunan biaya tenaga kerja merupakan pertanda positif terhadap jalur inflasi, sementara lonjakan produktivitas menandakan potensi perekonomian untuk hindari resesi.

Data penggajian swasta pada November dari ADP memberikan indikasi terbaru pasar tenaga kerja yang telah lama dianggap sebagai titik lemah bagi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang sedang mengalami pelonggaran.

"Data penggajian ADP menunjukkan kebijakan anti-inflasi the Fed kini benar-benar mulai berlaku,ujar Global Head of Market Strategy TradeStation, David Russell.

Ia menambahkan, angka-angka tersebut menunjukkan soft landing. Akan tetapi, investor mungkin mulai khawatir terhadap resesi jika kebijakan tetap terlalu hawkish.

 

Rangkaian Data Ekonomi

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Namun, laporan tenaga kerja versi Automatic Data Purchasing (ADP) pada Rabu pekan ini hanyalah salah satu dari serangkaian rilis data yang fokus pada tenaga kerja yang dipertimbangkan oleh pelaku pasar selama sepekan ini.

Pada Selasa, 5 Desember 2023, Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan lowongan pekerjaan pada Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021. Investor akan memantau klaim pengangguran pada Kamis pekan ini sebelum mengalihkan perhatian ke data nonfarm payrolls pada November 2023, upah, dan tingkat pengganguran, yang rilis Jumat pekan ini.

"Tidak dapat disangkal data pada akhir pekan adalah data yang ditunggu-tunggu oleh semua orang,” ujar Analis Senior Oanda, Craig Erlam.

Biaya tenaga kerja juga turun lebih besar dari perkiraan ekonom. Sementara itu, produktivitas meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirkaan, demikian ditunjukkan data terbaru pemerintah.

Pada Rabu pekan ini menandai sesi penurunan ketiga berturut-turut untuk indeks Dow Jones dan S&P 500. Penurunan tersebut menimbulkan pertanyaan seputar apakah reli pada akhir 2023 terhenti atau apakah pasar telah naik terlalu jauh dan cepat. Namun, tiga indeks acuan telah siap untuk akhiri kuartal IV dan tahun kalender dengan lebih tinggi.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya