Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan dua emiten dari daftar pemantauan khusus. Dua emiten itu adalah PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) dan emiten pengelola restoran CFC, yakni PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP).
"Perubahan ini mulai efektif pada tanggal 29 Desember 2023," mengutip pernyataan Kepala Divisi PLP, Teuku Fahmi Ariandar dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/12/2023).
Baca Juga
Semula, saham PT Jaya Trishindo Tbk dan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) masuk dalam daftar pemantauan khusus efek bersifat ekuitas. Keduanya memenuhi kriteria nomor 10, yakni dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 Hari Bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.
Advertisement
Bursa melakukan suspensi saham PTSP dan HELI pada 20 November 2023 lantaran terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Bursa kemudian membuka suspensi keduanya, saham PTSP dan HELI sudah bisa diperdagangkan sejak 29 November 2023.
Pada perdagangan Kamis, 28 Desember 2023, saham HELI naik 1,57 persen ke posisi 388. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 846 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 1,43 juta lembar senilai Rp 550,8 juta. Dalam sepekan, harga saham HELI naik 19,75 persen. Saham HELI naik signifikan sebesar 345,98 persen dalam tiga bulan terakhir.
Dalam satu tahun terakhir, harga saham HELI naik 60,33 persen. Sebaliknya, saham PTSP nampak konsisten berada di zona merah sepanjang Desember. Pada perdagangan hari ini, PTSP susut 0,35 persen ke posisi 2.860. Frekuensi perdagangan saham PTSP yakni 3 kali.
Volume saham yang ditransaksikan sebanyak 900 lembar senilai Rp 2,57 juta. Dalam sepekan, harga saham PSP susut 18,29 persen. Meski dalam tiga bulan terakhir saham PTSP tumbuh 84,52 persen, tetapi jika ditarik secara tahunan masih terkoreksi 14,11 persen.
BEI Pantau Saham Darmi Bersaudara
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau pergerakan saham PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU). Hal itu menyusul terjadinya adanya penurunan harga yang tidak wajar pada saham KAYU di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).
"Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham KAYU tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/12/2023).
Melansir data RTI, saham KAYU mengalami koreksi secara berturut-turut sejak 19 Desember 2023. Saat itu, saham KAYU terkoreksi 3,2 persen ke posisi 605. Pada hari berikutnya, saham KAYU turun 3,31 persen ke posisi 585. Penurunan berlanjut. Pada 21 Desember 2023 saham KAYU terkoreksi 24,79 ke posisi 440. Pada 22 Desember 2023, KAYU kembali merosot 25 persen ke posisi 330.
Pada perdagangan kemarin, Rabu 27 Desember 2023, saham KAYU terkoreksi 24,85 persen ke posisi 248. Dalam sepekan, harga saham KAYU turun 59,01 persen.
Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham KAYu masih naik 396,60 persen. Sehubungan dengan terjadinya UMA pada saham KAYU, Bursa mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa.
Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya. Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS.
Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Advertisement
BEI Pantau Emiten untuk Penuhi Aturan Free Float
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan perusahaan tercatat atau emiten untuk memenuhi ketentuan free float atau minimal jumlah saham yang beredar di masyarakat sebesar 7,5 persen. Angka itu setara dengan 50 juta saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya terus memantau perusahaan tercatat dalam memenuhi free float hingga Desember 2023. Selain itu, BEI juga akan melihat tindakan korporasi dari emiten ini seperti apa.
"Saat ini kami ingin melihat ini list yang mana saja yang sudah mencoba untuk melakukan tindakan korporasi maupun shareholder action. Kan ada dua ya, ada tindakan korporasi yang dilakukan oleh korporasinya sendiri atau shareholder action," kata Nyoman saat ditemui di BEI, ditulis Sabtu (23/12/2023).
Dia bilang, misalnya, pemegang saham pengendali melakukan tindakan, sehingga pemenuhan atas free float dapat tercapai.
Setelah itu, BEI juga memperhatikan jika ada seperti shareholder action, apa yang mereka lakukan.
"Kalau aksi korporasi kan mesti laporan ke kita gitu ya. Untuk beberapa hal yang shareholder action kan mereka bisa lakukan penjualan di market gitu untuk beberapa persentase saham," kata dia.
Free Float Saham BTPN
Sebelumnya diberitakan, manajemen BTPN mengumumkan pemegang saham Perseroan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) telah menjual saham BTPN dalam rangka memenuhi free float atau saham di publik.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu, 16 Desember 2023, SMBC menjual 200 juta saham dengan harga penjualan Rp 2.600 per saham pada 12 Desember 2023. Dengan demikian, nilai penjualan saham tersebut Rp 520 miliar.
Sekretaris Perusahaan PT Bank BTPN Tbk, Eneng Yulie Andriani menulis, tujuan dari transaksi tersebut untuk memenuhi ketentuan I.22 dari Peraturan BEI Nomor I-A yang merupakan lampiran I dari keputusan Direksi BEI Nomor Kep: 00101/BEI/12-2021 pada 21 Desember 2023 mengenai jumlah saham free float.
Setelah penjualan saham tersebut, SMBC memiliki 7.332.311.297 saham atau setara 89,98 persen. Sebelumnya, SMBC mengenggam 7.532.311.297 saham atau setara 92,43 persen.
Advertisement
Pemegang Saham
Setelah transaksi itu, komposisi kepemilikan saham baru BTPN antara lain Sumitomo Mitsui Banking Corporation sebesar 89,98 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 0,15 persen, PT Bank Central Asia Tbk sebesar 1,02 persen, publik sebesar 7,72 persen dan saham treasuri sebesar 1,13 persen.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 15 Desember 2023, saham BTPN naik 0,38 persen ke posisi Rp 2.630 per saham. Saham BTPN dibuka turun 20 poin ke posisi Rp 2.600 per saham. Saham BTPN berada di level tertinggi Rp 2.630 dan terendah Rp 2.600 per saham. Total frekuensi perdagangan 16 kali dengan volume perdagangan 602 saham. Nilai transaksi Rp 156,8 juta.
Sebelumnya SMBC, salah satu bank terbesar di Jepang memiliki 96,9 persen saham BTPN pada Januari 2019 dari sebelumnya 39,9 persen.
Kenaikan porsi kepemilikan saham tersebut menyusul pelaksanaan penawaran pembelian saham kepada pemegang saham BTPN sehubungan merger atau penggabungan dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yang efektif pada 1 Februari 2019. BTPN pun menjadi bank hasil penggabungan. PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk pun berganti nama menjadi PT Bank BTPN Tbk.