Mengenal 3 Strategi Investasi di Pasar Saham

Berikut tiga gaya atau strategi investasi di pasar saham. Namun, penerapan strategi investasi ini tergantung tujuan dan profil investor

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Sep 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2024, 07:00 WIB
Mengenal 3 Strategi Investasi di Pasar Saham
Tiga strategi investasi saham yang umum dikenal dengan strategi value, growth dan momentum memiliki manfaat dan risiko. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tiga  strategi investasi saham yang umum dikenal dengan strategi value, growth dan momentum memiliki manfaat dan risiko. Namun, strategi investasi itu sering kali bergantung pada tujuan investasi dan profil risiko setiap investor.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, strategi investasi value atau nilai biasanya melibatkan pencarian saham yang memiliki valuasi rendah. Hal ini berarti saham itu diperdagangkan dengan harga murah dan memiliki peluang membeli, dengan keyakinanpasar akan menghargai harga saham ini karena mekanisme pasar.

Seorang investor terkenal yang menerapkan strategi ini yakni miliarder Warren Buffett. Secara historis strategi ini menawarkan imbal hasil investasi yang menarik dalam jangka panjang. Strategi investasi ini biasanya unggul dalam jangka panjang, tetapi mungkin dapat berkinerja buruk selama periode pertumbuhan ekonomi yang cepat dan investor lebih suka saham berisiko dan pertumbuhan yang lebih tinggi.

Sementara itu, strategi investasi pertumbuhan atau growth invest biasanya mencari perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan signifikan. Perusahaan tersebut biasabya investasikan kembali laba ketimbang membagikan dividen.

"Valuasi cenderung lebih mahal karena investor tetap optimistis terhadap perusahaan-perusahaan ini yang berarti investor akan membeli saham bahkan ketika harga secara historis mahal dengan keyakinan pertumbuhan yang cepat akan terus berlanjut pada masa mendatang,” demikian seperti dikutip.

Contohnya investor yang menerapkan strategi ini yakni Cathie Wood, pendiri dan CEO ARK Invest yang fokus pada investasi dalam inovasi dan perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi.

Strategi investasi ini biasanya berkinerja baik di pasar yang sedang naik daun tetapi cenderung lebih fluktuatif selama periode penurunan ekonomi dan likuiditas terbatas.

Terakhir, strategi investasi momentum.Strategi investasi ini berbeda yang berarti valuasi dan analisis fundamental memainkan peran kurang penting dan investor dengan gaya ini lebih mengandalkan analisis teknikal.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keuntungan Bervariasi

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ini muncul dengan asumsi harga saham mengikuti tren tertentu yang dapat menguntungkan investor. Gaya investasi ini sering kali melihat perdagangan yang lebih seiring. Seorang investor yang menerapkan strategi ini yaitu Richard Driehaus yang sering dikenal sebagai father of momentum investing.

"Strategi investasi ini mungkin lebih menguntungkan dalam jangka pendek, tetapi merupakan paling berisiko di antara strategi lainnya,” demikian seperti dikutip.

Adapun pasar saham yang sedang naik daun dapat memberikan keuntungan signifikan tetapi sebaliknya juga berlaku. Selama bertahun-tahun, tiga strategi investasi  ini telah menunjukkan keuntungan yang bervariasi selama berbagai siklus.

Ashmore mencontohkan dengan melihat periode 10 tahun terakhir di pasar saham Amerika Serikat dapat melihat perbedaan dari strategi investasi ini. Dari 2014-2019, strategi pertumbuhan yang moderat terlihat didorong oleh suku bunga rendah serta tren digitalisasi global dengan saham FAANG mendorong sebagian besar keuntungan, dan strategi investasi momentum menungguli.


Periode 2019-2022

IHSG Dibuka di Dua Arah
Layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada 2019-2021, seiring stimulus fiskal dan moneter yang besar karena pandemi COVID-19 bersama dengan lingkungan suku bunga yang sangat rendah yang membawa reli yang kuat pada saham dan strategi investasi pertumbuhan mengungguli.

Sementara itu, selama 2022, pasar saham alami koreksi seiring suku bunga dinaikkan dengan cepat ditambah ketegangan geopolitik yang menurunkan sentimen risiko di pasar. “Selama periode ini, strategi investasi value atau nilai lebih unggul,” demikian seperti dikutip.

Sejak koreksi pada 2022, pasar saham telah menguat terutama karena euforia teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Seiring hal itu, strategi investasi pertumbuhan lebih unggul.

Ashmore melihat, ke depan, pasar berharap penurunan suku bunga dan melihat skenario soft landing sebagai hal yang paling mungkin terjadi seiring investor mungkin mencari kualitas dan nilai karena ekonomi AS secara bertahap melambat.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya