Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan 18-22 November 2024. Penguatan IHSG didorong sentimen nilai tukar rupiah dan harga komoditas.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (23/11/2024), IHSG ditutup naik 0,48 persen ke posisi 7.195,56. Pada pekan lalu, IHSG ditutup turun 1,7 persen di posisi 7.161,25.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa terpangkas 0,08 persen menjadi Rp 12.053 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 12.063 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi juga merosot 13,80 persen menjadi 1,10 juta kali transaksi dari 1,28 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Advertisement
Sementara itu, selama sepekan rata-rata nilai transaksi harian bursa anjlok 19,17 persen menjadi Rp 9,93 triliun dari Rp 12,28 triliun pada pekan sebelumnya.
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa selama sepekan susut 37,82 persen menjadi 19,89 miliar saham dari 31,99 miliar saham pada pekan lalu.
Investor asing menjual saham Rp 353,68 miliar pada Jumat, 22 November 2024. Namun,selama sepekan pada 18-22 November 2024, investor asing jual saham Rp 3,65 triliun. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 25,46 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG menguat didorong sejumlah hal. Pertama, pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Dolar AS masih menguat terhadap rupiah seiring sikap hawkish the Federal Reserve atau the Fed yang akan tetap pertahankan suku bunga acuan 4,75 persen mengingat kondisi ekonomi AS yang masih baik.
"Kedua, pergerakan harga komoditas dunia, khususnya emas dan minyak yang mengalami penguatan setelah memanasnya kembali konflik Rusia dengan Ukraina,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ketiga, rilis suku bunga China dan Indonesia yang masih mempertahankan di levelnya masing-masing (China 3,1% dan 3,6%, Indonesia 6%).
Untuk sepekan ke depan, Herditya mengatakan, pihaknya perkirakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya dengan area support di 7.118 dan resistance di 7.287.
"Adapun diperkirakan yang mempengaruhi IHSG antara lain Rilis data makro AS, di mana akan ada data PCE dan personal income,” kata dia.
Kemudian, Investor diperkirakan mencermati kembali Rusia dan Ukraina yang kembali memanas, di mana akan mengakibatkan pergerakan pada harga komoditas dunia.
Emisi Obligasi dan Sukuk
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2024 mencapai Rp 115,74 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk itu terdiri dari 124 emisi dari 65 emiten.
Hal ini juga didukung dua pencatatan obligasi pada Rabu, 20 November 2024. Obligasi Berkelanjutan VI Mandiri Tunas Finance Tahap IV Tahun 2024 yang diterbitkan PT Mandiri Tunas Finance mulai dicatatkan di BEI. Hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) untuk Obligasi Berkelanjutan VI Mandiri Tunas Finance Tahap IV Tahun 2024 adalah AAA (Triple A) dengan Wali Amanat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Kemudian pada hari yang sama, Obligasi Berkelanjutan II Kereta Api Indonesia Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Kereta Api Indonesia Tahap I Tahun 2024 yang diterbitkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai dicatatkan di BEI.
Hasil pemeringkatan dari PEFINDO untuk obligasi dan sukuk ini masing-masing adalah idA (Triple A) dan idA (Triple A) Syariah. PT Bank Mega Tbk dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk bertindak sebagai Wali Amanat untuk emisi ini.
Dengan kedua pencatatan tersebut, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 592 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp469,02 triliun dan USD86,0163 juta, yang diterbitkan oleh 132 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan nilai nominal Rp6.035,71 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 8 emisi EBA dengan nilai Rp2,70 triliun.
Advertisement
Kinerja IHSG 11-15 November 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada 11-15 November 2024. Koreksi IHSG didorong rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan aksi jual saham oleh investor asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 1,73 persen ke posisi 7.161,25 dari pekan lalu di posisi 7.287,19.
Kapitalisasi pasar bursa terpangkas 1,46 persen menjadi Rp 12.063 triliun dari pekan lalu Rp 12.241 triliun. Kemudian rata-rata frekuensi transaksi harian bursa susut 1,77 persen menjadi 1,28 juta kali transaksi dari 1,3 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Sementara itu, kenaikan tertingggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 48,51 persen menjadi 31,99 miliar lembar saham. Pekan lalu, rata-rata volume transaksi harian bursa tercatat 21,54 miliar lembar saham.
Selain itu, peningkatan terjadi pada rata-rata nilai transaksi saham selama sepekan mencapai 5,09 persen sebesar Rp 12,28 triliun dari pekan lalu Rp 11,67 triliun.
Adapun investor asing jual saham Rp 4,6 triliun selama sepekan. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 29,11 triliun.
Mayoritas sektor saham melemah kecuali sektor saham energi naik 0,09 persen dan sektor saham teknologi melambung 7,35 persen. Di sisi lain, sektor saham basic materials susut 4,35 persen, sektor saham industri merosot 1,41 persen, dan sektor saham consumer siklikal terpangkas 3,51 persen dan sektor saham consumer nonsiklikal susut 1,81 persen.
Sektor saham kesehatan melemah 2,81 persen, sektor saham keuangan merosot 1,6 persen, sektor saham properti dan real estate terpangkas 3,87 persen, sektor saham infrastruktur turun 2,27 persen dan sektor saham transportasi dan logistic melemah 1,98 persen.
Penyebab IHSG Merosot
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG merosot 1,73 persen dalam sepekan didorong sejumlah faktor. Pertama, rilis data inflasi pada Oktober 2024 tercatat 2,6 persen YoY dari posisi September 2024 sebesar 2,4 persen.
Kedua, pernyataan dari pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan cenderung hawkish pada kebijakan moneternya sehingga mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan indeks dolar AS menguat.
"Ketiga, dengan ada penguatan indeks dolar AS, nilai tukar dolar AS cenderung menguat terhadap rupiah,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (17/11/2024).
Keempat, masih terjadi aliran dana investor asing yang keluar. “Selama sepekan terjadi sebesar kurang lebih Rp 6,34 triliun data 14 November 2024,” tutur dia.
Herditya menambahkan, pada pekan depan, IHSG masih rawan koreksi dengan level support dan level resistance di 6.998 dan level resistance 7.354. “Kami perkirakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh rilis suku bunga China, BI Rate, pergerakan harga komoditas dunia dan nilai tukar,” ujar dia.
Advertisement