Liputan6.com, Jakarta - HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memperkirakan aset berisiko akan tetap menjanjikan di paruh pertama tahun 2025.
Proyeksi itu didukung oleh prospek ekonomi global yang sehat, meluasnya pertumbuhan pendapatan perusahaan dan pemangkasan suku bunga bank sentral di sejumlah negara.
Advertisement
Bank tersebut juga memperkirakan bahwa kinerja saham akan mengungguli obligasi, dan kinerja obligasi akan lebih baik daripada simpanan tunai.
Advertisement
HSBC GPB memiliki pandangan overweight terhadap saham global dan netral terhadap obligasi global. Meski demikian, bank tersebut tetap melakukan pendekatan secara aktif dan taktis dalam memilih obligasi yang tepat agar tetap menghasilkan keuntungan.
Untuk mengurangi risiko geopolitik dan perdagangan dunia yang masih dibayangi ketidakpastian, HSBC GPB berpandangan overweight secara taktis pada hedge fund dan emas, sebagai sarana lindung nilai dari risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio.
Adapun posisi Dolar AS (USD) yang diperkirakan akan tetap kuat dalam waktu dekat.
"Sepanjang tahun 2024, portofolio investasi yang terdiversifikasi terbukti jauh lebih unggul dibandingkan hanya menyimpan uang tunai. Kami perkirakan tren ini akan berlanjut di tahun 2025. Meskipun kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang baru menimbulkan ketidakpastian dalam kebijakan domestik, perdagangan, dan keuangan, kami yakin bahwa pemotongan pajak dan deregulasi akan berdampak positif bagi aset-aset berisiko di Amerika Serikat," kata Fan Cheuk Wan, Chief Investment Officer, Asia, Global Private Banking and Wealth HSBC dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (12/1/2025).
Hal ini memperkuat overweight taktis terbesar pada saham Amerika Serikat dan saham global.
HSBC juga berpandangan bullish terhadap Dolar AS.
"Selain itu, kami juga overweight pada saham Inggris, Jepang, India, dan Singapura karena potensi pertumbuhan dan profil risiko-imbal balik yang menarik dari aset-aset tersebut," ungkap Fan Cheuk Wan.
Kondisi Risk-on Kurangi Daya Tarik Obligasi Safe-Haven
Fan Cheuk Wan membeberkan, kondisi risk-on mengurangi daya tarik obligasi safe-haven. Selain itu, selisih imbal hasil juga relatif ketat.
"Oleh karena itu, HSBC GPB berpandangan netral terhadap obligasi global dan lebih memilih strategi investasi obligasi yang lebih aktif di tengah peningkatan fluktuasi suku bunga. HSBC GPB memperkirakan bahwa risiko geopolitik dan ketidakpastian perdagangan akan meningkatkan permintaan terhadap investasi lindung nilai terhadap risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio, sehingga mendukung overweight kami terhadap emas dan hedge funds, serta alokasi strategis pada pasar privat," tambahnya.
Adapun bank sentral di berbagai negara, kecuali Bank Sentral Jepang, akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
"Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin secara bertahap pada Maret, Juni dan September 2025. Hal ini akan membuat suku bunga acuan di Amerika Serikat berada di kisaran 3,50% - 3,75% pada September 2025," kata Fan.
Pertumbuhan ekonomi di Asia, di luar Jepang, juga diperkirakan tetap tangguh pada kisaran 4,4% pada tahun 2025, di atas rata-rata pertumbuhan global sebesar 2,7%, berkat pertumbuhan domestik yang kuat di India dan negara-negara ASEAN, serta meluasnya stimulus kebijakan China.
Advertisement