Bursa Saham Indonesia Terpuruk di Jajaran Terbawah Dunia

Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 0,43% year to date.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Nov 2013, 18:54 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2013, 18:54 WIB
bursa-saham-ihsg-bei-131017b.jpg
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu naik 0,43% year to date pada Jumat (15/11/2013) ke level 4.335,44. Sentimen makro ekonomi Indonesia dinilai memberikan sentimen negatif ke bursa saham Indonesia sepanjang 2013.

Indonesia bukan satu-satu negara yang mengalami kenaikan tipis indeks bursa saham. Bursa saham Korea Selatan juga mencatat kenaikan tipis. Indeks Kospi naik sebesar 0,43% year to date.

Di antara indeks saham utama Asia, bursa efek Jepang memimpin pertumbuhan indeks saham paling tinggi. Nikkei tercatat melonjak 45,89% year to date.

Gerak meleset Nikkei ini tak mampu diikuti bursa saham Asia lainnya. Indeks saham Malaysia tercatat hanya naik 5,98% sementara indeks saham Filipina dan Hong Kong hanya naik masing-masing 9,18% dan 1,66%.

Meski masuk jajaran indeks bursa saham dengan kinerja terbawah, nasib bursa saham nasional sedikit beruntung dibandingkan China. Data menunjukan, indeks Shanghai Composite anjlok 5,87% sepanjang tahun ini.

Analis PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, kenaikan tipis IHSG tahun ini lebih didorong sentimen makro ekonomi Indonesia yang kurang baik. Pemicunya pemerintah kurang baik mengelola defisit anggaran.

"Nilai tukar rupiah kita jelek sehingga investor asing lari. Pemerintah kurang bagus dalam mengelola defisit anggaran, " ujar Satrio, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (18/11/2013).

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah telah melemah sekitar 18,6% hingga pekan kedua November 2013. Berdasarkan kurs tengah BI, Senin (18/11/2013), rupiah dipatok 11.627 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, IHSG sempat menyentuh ke level tertinggi 5.214,98 pada 20 Mei 2013.

Hal senada dikatakan, Analis PT Sucorinvest Gani, Pang Thek Djan yang menilai bursa saham nasional telah mencatatkan rekor tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, pemodal berusaha mencari untung dari kenaikan yang terjadi tersebut.

Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS serta defisit neraca perdagangan memicu persepsi kurang baik bagi kinerja ekonomi Indonesia.

Gerak bursa saham nasional juga ikut terpengaruhi munculnya berbagai sentimen eksternal lain. Meski pemicu utamanya berasal dari rencana pengurangan stimulus moneter (tapering off) The Federal Reserves.

"Sebelumnya indeks saham global cetak rekor karena didukung stimulus moneter Amerika Serikat.  Ketika stimulus moneter itu akan ditarik maka indeks saham cenderung turun," tutur Pang.

Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan menambahkan, IHSG mengalami penguatan hingga semester pertama 2013. Namun memasuki kuartal III-2013, IHSG mengalami tekanan.

"Dulu di awal tahun pelaku pasar kita dibangun dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,8%. Namun sekarang direvisi pemerintah bahkan ke level 5,8%. Ini memberikan tendensi terjadi perlambatan. IHSG mengalami pelemahan lebih kepada permasalahan ekonomi yang terjadi saat ini," kata Alfred.

Target IHSG Akhir Tahun 2013

Satrio memproyeksikan, IHSG di akhir tahun ini akan berada di kisaran 4.400-4.800. Target pertumbuhan IHSG itu didukung oleh harapan defisit anggaran yang berkurang dan nilai tukar rupiah yang kembali stabil.

Sementara Alfred memproyeksikan, IHSG berada di level 4.500 dengan pertumbuhan ekonomi di level 5,8% pada akhir tahun 2013. (Ahm/Shd)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya