PT Toba Bara Sejahtra Tbk , salah satu perusahaan batu bara yang tercatat di bursa menganggarkan belanja modal/capital expenditure (capex) senilai US$ 15-US$ 24 juta pada 2014. Belanja modal itu akan digunakan untuk pengembangan anak usaha perseroan.
Angka belanja modal itu naik tipis dibandingkan realisasi belanja modal 2013 sebesar US$ 22,97 juta. Perseroan yang memiliki kode emiten TOBA ini akan menggunakan belanja modal untuk kompensasi lahan dan eksplorasi di anak usaha perseroan PT Trisensa Mineral Utama (TMU).
Sisa dana belanja modal juga untuk biaya operasional dan pemeliharaan anak usaha lainnya yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara dan PT Indomining serta pabrik kelapa sawit.
"Sebagian besar belanja modal untuk pengembangan usaha di TMU yang ke depan akan menjadi pertumbuhan TOBA ," tulis manajemen TOBA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/2/2014).
Produksi batu bara perseroan diharapkan mencapai 7,2 -7,8 juta ton pada 2014. Jumlah produksi batu bara itu naik 10%-20% dibandingkan realisasi 2013 sebesar 6,5 juta ton.
Perseroan juga memperkirakan harga jual rata-rata batu bara masih tertekan pada 2014. Harga jual rata-rata di kisaran US$ 63-US$ 67 per ton.
Untuk meningkatkan kinerja pada tahun ini, perseroan melanjutkan efisiensi di semua level dan meningkatkan produksi batu bara sesuai target. Selain itu, perseroan akan meningkatkan cadangan batu bara dengan melakukan eksplorasi secara internal dan akuisisi.
Perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Juli 2012. Saat ini perseroan memiliki tiga konsesi area tambang batu bara di Kalimantan Timur. Luas area tambang Toba Bara secara keseluruhan mencapai 7.087 hektar dengan total estimasi sumber daya sebesar 236 juta ton.
Realisasi Volume Penjualan 2013
Penjualan perseroan sekitar 6,8 juta ton pada 2013. Penjualan batu bara perseroan terbesar untuk China mencapai 43%, Taiwan sebesar 19% India sebesar 14%, dan Korea Selatan sebesar 10%. Sementara itu, penjualan batu bara ke Vietnam, Thailand, Hong Kong, Malaysia dan Jepang di bawah 3%. (Ahm)
Angka belanja modal itu naik tipis dibandingkan realisasi belanja modal 2013 sebesar US$ 22,97 juta. Perseroan yang memiliki kode emiten TOBA ini akan menggunakan belanja modal untuk kompensasi lahan dan eksplorasi di anak usaha perseroan PT Trisensa Mineral Utama (TMU).
Sisa dana belanja modal juga untuk biaya operasional dan pemeliharaan anak usaha lainnya yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara dan PT Indomining serta pabrik kelapa sawit.
"Sebagian besar belanja modal untuk pengembangan usaha di TMU yang ke depan akan menjadi pertumbuhan TOBA ," tulis manajemen TOBA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/2/2014).
Produksi batu bara perseroan diharapkan mencapai 7,2 -7,8 juta ton pada 2014. Jumlah produksi batu bara itu naik 10%-20% dibandingkan realisasi 2013 sebesar 6,5 juta ton.
Perseroan juga memperkirakan harga jual rata-rata batu bara masih tertekan pada 2014. Harga jual rata-rata di kisaran US$ 63-US$ 67 per ton.
Untuk meningkatkan kinerja pada tahun ini, perseroan melanjutkan efisiensi di semua level dan meningkatkan produksi batu bara sesuai target. Selain itu, perseroan akan meningkatkan cadangan batu bara dengan melakukan eksplorasi secara internal dan akuisisi.
Perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Juli 2012. Saat ini perseroan memiliki tiga konsesi area tambang batu bara di Kalimantan Timur. Luas area tambang Toba Bara secara keseluruhan mencapai 7.087 hektar dengan total estimasi sumber daya sebesar 236 juta ton.
Realisasi Volume Penjualan 2013
Penjualan perseroan sekitar 6,8 juta ton pada 2013. Penjualan batu bara perseroan terbesar untuk China mencapai 43%, Taiwan sebesar 19% India sebesar 14%, dan Korea Selatan sebesar 10%. Sementara itu, penjualan batu bara ke Vietnam, Thailand, Hong Kong, Malaysia dan Jepang di bawah 3%. (Ahm)