Kidnapping Freddy Heineken, Menguak Kasus Penculikan Fenomenal

Kidnapping Freddy Heineken menggambarkan ulang suasana penculikan cucu dari pendiri pabrik bir Heineken.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 30 Mar 2015, 18:15 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2015, 18:15 WIB
Kidnapping Freddy Heineken, Menguak Kasus Penculikan Fenomenal
Kidnapping Freddy Heineken menggambarkan ulang suasana penculikan cucu dari pendiri pabrik bir Heineken.

Liputan6.com, Los Angeles Film bertema drama kriminal yang sudah ada saat ini, kebanyakan diambil dari kisah nyata. Salah satu judul yang meramaikan genre serta konsep tersebut pada tahun ini adalah Kidnapping Freddy Heineken, film garapan sutradara Daniel Alfredson yang menggambarkan ulang suasana penculikan Freddy Heineken, pengusaha bir terkaya tahun 1983.

Daniel Alfredson sebelumnya sukses mengangkat adaptasi beberapa judul film Swedia seperti The Girl Who Played With Fire dan The Girl Who Kicked the Hornet's Nest. Ia adalah saudara dari sutradara Tomas Alfredson yang menggarap Let the Right One In dan Tinker Tailor Soldier Spy.

Baik, kita cukupkan jati diri sang sutradara. Kita kembali berfokus pada filmnya.

Sepanjang cerita berjalan, kita akan melihat sekumpulan empat orang pria putus asa yang berubah menjadi kelompok kriminal setelah mereka memberanikan diri untuk menculik Alfred 'Freddy' Heineken, cucu dari pendiri pabrik bir Heineken.



Keberanian tersebut dipicu oleh enggannya mereka berempat untuk bekerja rutin setelah usaha sebelumnya gagal dan tak ada bank yang mau meminjamkan uang untuk usaha selanjutnya. Terpicu oleh ketidaksukaan anggota keluarga salah satu dari mereka terhadap pengusaha bir Heineken, akhirnya diputuskanlah rencana gila untuk menculik Freddy Heineken.

Keempatnya berusaha agar saat Heineken diculik, mereka dianggap sebagai sebuah kelompok besar atau teroris internasional. Namun setelah penculikan berjalan, mereka tidak memperlakukan Heineken secara kasar. Kasusnya pun sukses menjadi salah satu penculikan terbesar hingga melibatkan tebusan terbesar sepanjang sejarah, yaitu sekitar 35 juta gulden Belanda, atau setara Rp 250 miliar.



Saat semuanya seolah berjalan dengan baik dan uang sudah di tangan, masalah malah semakin pelik tatkala keempatnya menyadari bahwa ada pihak yang mencium kegiatan mereka selama ini. Hal itu langsung meningkatkan kewaspadaan masing-masing. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya ternyata tak semulus rencana awal.

Anthony Hopkins bermain sebagai Freddy Heineken dengan aktingnya yang luar biasa saat menjadi korban penculikan. Kita bisa melihatnya bermain-main dengan ketenangan, kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, dan keputusasaan. Sementara Sam Worthington dan Jim Sturgess yang menjadi Willem Holleeder dan Cor van Hout, dalang penculikan Heineken, mampu menampilkan akting yang cukup baik.



Sam Worthington terlihat emosional meskipun di awal justru ia yang terlihat paling tenang. Kita bisa melihat sisi antagonisnya sejak pertengahan hingga  akhir film. Sedangkan Jim Sturgess malah sebaliknya, di awal film ia terlihat yakin dan menunjukkan sisi kejinya. Namun sejak pertengahan film, karakternya menjadi lembek dan penuh rasa cemas akan orang yang dicintainya.

Belgia, Amsterdam, hingga New Orleans yang menjadi lokasi syuting film disorot dengan indahnya. Bahkan, kita bisa melihat keindahan serta ketenangan Belgia yang menjadi beberapa lokasi kejar-kejaran sekaligus tembak-tembakan. Bangunan khas serta sungai jernih yang ada di sana membuat kita mendambakan kehidupan di negeri tetangga Belanda itu.



Sekarang mari kita menuju ke penilaian film. Dalam hal akting, seperti disebutkan sebelumnya, Anthony Hopkins dan Sam Worthington terlihat luar biasa ketika memainkan wataknya masing-masing. Sayangnya, satu pengecualian untuk Sturgess yang mengalami perubahan watak drastis dari awal hingga pertengajan cerita. Ia bahkan kurang bisa memberikan efek mengharukan terhadap watak tokohnya.

Alur cerita yang dibangun pun terlalu buru-buru, sehingga menimbulkan kesan bahwa para penculik memang sudah profesional di bidangnya. Dramatisasi penculikan pun masih kurang maksimal, sehingga unsur ketegangan yang coba dimasukkan terkesan sangat datar, terutama emosi setiap karakternya.

Secara garis besar, Kidnapping Freddy Heineken layak menjadi sebuah tontonan yang menghibur bagi para penggemar genre thriller-kriminal maupun yang bukan fans jenis film tersebut. Sehingga dipastikan tak ada sesuatu yang baru bagi fans berat genre seperti itu. Jika penasaran dengan gambaran kasus yang menimpa Freddy Heineken pada 1983 lalu, sangat wajib menonton film ini di bioskop Blitzmegaplex terdekat. (Rul/Ade)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya