Liputan6.com, Jakarta Sineas Hadrah Deng Ratu melahirkan film terbaru, Dosa Musyrik yang dibintangi Marthino Lio dan Delia Husein. Film ini mengisahkan Nugie yang terimpit utang Rp40 juta hingga dikejar-kejar lintah darah.
Ia lantas nekat mencuri keris keramat untuk dijual. Hasil penjualan hendak dipakai untuk bayar utang. Apes, penghuni keris itu muncul di rumah Nugie. Horor bukan genre baru bagi Hadrah Daeng Ratu.
Advertisement
Baca Juga
Fitri Salhuteru Jawab Tudingan Jadi Biang Keladi Masalah Nikita Mirzani: Allah Saksi Hidup Buat Saya
Netizen Ramai-Ramai Geruduk Akun Agen Travel yang Diduga Milik Shella Shauki untuk Berangkatkan Umrah Isa Zega
Pengacara Razman Arif Nasution Dampingi Istri Jalani Pemeriksaan Terkait Laporannya Terhadap Nikita Mirzani
Salah satu karyanya, Pemandi Jenazah kini membuka 10 besar film Indonesia terlaris 2024. Hadrah Deng Ratu mengklaim Dosa Musyrik yang diproduksi bersama MVP Pictures berbeda dari karyanya sebelumnya.
Advertisement
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini menghimpun 6 fakta film Dosa Musyrik karya sineas Hadrah Daeng Ratu, yang menghantui bioskop Tanah Air mulai 31 Oktober 2024. Selamat menonton.
1. Syuting Bulan Ramadan di Jogja
Dalam wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com, Kamis (31/10/2024), Hadrah Daeng Ratu mengenang kali pertama ditawari proyek Dosa Musryik awal 2023. Ia langsung tertarik.
“Tahun 2023 awal. Sangat menarik bekerja sama awal dengan MVP Pictures. Kami mulai syuting pada bulan Ramadan tahun lalu di Yogyakarta selama kurang lebih 20 hari,” katanya lewat telepon.
Advertisement
2. Marthino Lio Tertarik Keris
Dosa Musryik menempatkan Marthino Lio sebagai ujung tombak cerita. Hadrah Daeng Ratu merasa tak salah pilih pemain mengingat aktor peraih 2 Piala Citra itu memang menyukai keris.
“Seru karena Lio dan Delia sangat antusias dengan cerita ini. Terlebih Lio punya ketertarikan tersendiri dengan keris. Jadi wawasan tentang benda-benda keleniknya juga bagus,” ungkap Hadrah Daeng Ratu.
3. Diksusi Dengan Budayawan Jogja
Hadrah Daeng Ratu tak menampik bahwa sejumlah benda pusaka memang dihuni makhluk halus. Karenanya, treatment film Dosa Musyrik yang mengisahkan keris berpenghuni lelembut tak bisa sembarangan.
“Ya (keris) sangat mistis. Kami banyak diskusi dengan budayawan di Yogyakarta. Saya juga terbantu sekali dengan Om Prit Timothy (pemeran dukun Mbah Narto -red). Ia salah satu aktor yang latar belakangnya Kejawen,” urainya.
Advertisement
4. Tak Ada Arwah Penasaran
Tak berlebihan jika Hadrah Daeng Ratu mengklaim Dosa Musyrik beda dari film horor garapannya sebelumnya. Setidaknya ada dua aspek yang membedakan. Salah satunya, elemen kejut atau jumpscare.
“Di sini kita tidak mengumbar jumpscare. Tak ada hantu dari orang mati. Lebih membangun mistis sebuah benda yang memiliki entitas dan bagaimana dunia entitas tersebut seolah nyata,” Hadrah Daeng Ratu mengulas.
5. Syuting Adegan Akhir Paling Lama
Syuting film Dosa Musyrik tak ubahnya seperti pertunjukan teater. Fokusnya pada persiapan pemain agar di lapangan tak banyak retake atau syuting ulang. Metode ini berhasil diterapkan Hadrah Daeng Ratu dan para bintangnya.
“(Nyaris) tidak ada retake. Adegan yang butuh persiapan paling lama adalah ending, membuat dunia lain. Karena konsepnya memang lebih surealis. Jadi butuh waktu ekstra di babak akhir,” paparnya panjang.
Advertisement
6. Keris Benaran, Ada Isinya
Hadrah Daeng Ratu memilih kata seru kala diminta menggambarkan seperti apa syuting bareng Marthino Lio. Sementara sang aktor menyebut syuting Dosa Musyrik menyenangkan. Marthino Lio lantas berbagi pandangan soal keris yang digunakan selama syuting.
“Itu keris benaran. Ada berbagai jenis keris yang dipakai syuting. Yang benar-benar dikeramatkan pun ada. Yang ada isinya juga ada. Keris itu heritage yang harus kita jaga. Keris sebenarnya terbuat dari meteorit yang ditempa sampai terbentuk yang ada corak-coraknya itu,” tuturnya.