Liputan6.com, Jakarta - Hari Pahlawan yang dirayakan setiap 10 November menjadi peringatan penting untuk seluruh rakyat Indonesia. Hari Pahlawan menjadi pengingat masyarakat terhadap perjuangan masyarakat Surabaya dan tentara yang telah berperang melawan tentara sekutu dan Belanda.
Peringatan Hari Pahlawan tidak bisa lepas dari kisah pertempuran hebat yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. Banyak tokoh dan juga penduduk setempat yang gugur dari pertempuran tersebut.
Dari peristiwa penting tersebut, tak heran bila banyak hal yang dibuat untuk memperingati pertempuran 10 November. Selain melalui museum, di Surabaya telah ada beberapa monumen yang dibangun dalam rangka mengenang Hari Pahlawan.
Advertisement
Baca Juga
Berikut dua monumen di Kota Pahlawan yang dibangun untuk mengenang kejadian 10 November 1945 yang Liputan6.com lansir dari unggahan Instagram @dishubsurabaya:
1.Monumen Wira Surya Agung
Monumen Wira Surya Agung gagah berdiri di Jalan Raya Darmo. Posisinya tak jauh dari jembatan Wonokromo. Monumen ini adalah saksi perjuangan warga Surabaya pada 28-30 Oktober 1945 melawan sekutu yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby. Kejadian tersebut merupakan salah satu cikal bakal terjadinya pertempuran 10 November.
Dalam monumen tersebut dapat terlihat empat patung dengan gaya berbeda selayaknya dalam pertempuran. Ada yang berdiri, tiarap, bangkit dan merunduk. Empat gaya tersebut memiliki arti tersendiri bagi perjuangan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 November.
Selain itu, untuk mengenang peristiwa tersebut, terdapat pula nama-nama dari pejuang yang telah gugur. Nama-nama tersebut diabadikan dalam ukiran batu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Monumen Gubernur Suryo
2.Monumen Gubernur Suryo
Sesuai namanya, monumen ini dibangun untuk menghormati Gubernur Suryo. Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama Jawa Timur. Gubernur Suryo memiliki peran penting dalam peristiwa 10 November 1945.
Ia telah berorasi di radio untuk membangkitkan semangat para pejuang Surabaya. Tak hanya itu, Ia juga ikut berperang selama tiga minggu setelah 10 November.
Dalam monumen itu, terdapat potongan pidato dari Gubernur Suryo. Berikut isi pidatonya:
Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah: lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak Inggris kita akan memegang teguh sikap ini kita tetap menolak ultimatum itu.
Dari Pidato Pak Suryo Tanggal 9 Nopember 1945
Pukul 23.00 Di Corong Radio Nirom
Jalan Embong Malang Surabaya.
Advertisement