Sektor UMKM Maju, Kediri Jadi Kota Terkaya ke-3 di Indonesia

Pemerintah Kota Kediri juga aktif membuat banyak kegiatan guna memamerkan produk UMKM.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 13:00 WIB
Pemberdayaan UMKM dengan KUR Berbunga Rendah
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus mendongkrak UMKM dengan menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga cukup rendah, yakni 6 persen. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Luas wilayah Kediri, Jawa Timur memang masih kalah dibandingkan dengan Surabaya. Akan tetapi, soal tingkat kekayaan kebalikannya. Surabaya tidak seperti Kediri.

Kediri, kota kecil yang terdiri dari tiga kecamatan di Jawa Timur. Luas Kota Kediri hanya 63,40 kilometer persegi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kediri pada 2018 mencapai Rp 291,48 juta per kapita. Sedangkan Surabaya hanya Rp 132,48 juta per kapita.

Dari data yang dirilis Badan Pusat Statisik (BPS) hasil survei periode lima tahunan 2014-2018 menempatkan Kediri menjadi Kabupaten/Kota terkaya ke-3 di Indonesia. Sementara itu, Surabaya berada di peringkat ke-16.

Industri tembakau selama ini identik dengan Kota Kediri. Akan tetapi, saat ini di Kediri, sektor usaha mikro kecil menengah di Kediri justru menggeliat.

Dari data yang dirilis BPS, jumlah lapangan usaha sekunder di Kota Kediri mencapai lebih dari 80 persen. Paling tinggi di Jawa Timur. Kontribusi sektor usaha sekunder menyumbang pundi-pundi kekayaan Kediri juga bukan pekerjaan instan. Mengingat pada hasil survei periode sebelumnya atau pada 2014 BPS masih menempatkan Kediri di peringkat ke-6 dengan PDRB Rp 242,83 juta per kapita.

Salah satu faktor yang menggerakkan sektor usaha sekunder adalah  program pemberdayaan masyarakat (Prodamas). Program ini memberikan dana Rp 50 juta per RT per tahun yang dimulai sejak Abdullah Abu Bakar menjabat Wali Kota Kediri pada 2014.

Selain bantuan dana prodamas, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) serta Dinas Koperasi dan UMKM Kota Kediri juga mengimbanginya dengan mengadakan beragam program pelatihan kewirausahaan dan keterampilan.

Pemerintah Kota Kediri juga aktif dengan membuat banyak kegiatan guna memamerkan produk UMKM. Keberhasilan prodamas dalam menggerakkan ekonomi masyarakat tersebut selanjutnya direspons oleh Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar dengan menaikkan anggarannya menjadi Rp100 juta per RT per tahun mulai 2020 – 2024. 

"Wali Kota memberikan kebijakan alokasi anggaran yang naik 100 persen ini untuk mengakomodasi kebutuhan warga. Dari hasil diskusi dan evaluasi, masih banyak kegiatan warga yang berlum ter-cover dari dana prodamas Rp 50 juta sebelumnya,” tutur Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Pemkot Kediri, Paulus Luhur Budi Prasetya, pada Rabu, 8 Januari 2020, seperti dikutip dari Antara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Anggaran Prodamas Plus

Ia menuturkan, alokasi penggunaan anggaran prodamas plus itu nantinya porsi terbesar diberikan pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kepemudaan hingga kesehatan.

Pemkot sebelumnya sudah memberikan alokasi anggaran untuk setiap RT per tahun dengan nominal Rp 50 juta, naik menjadi Rp 100 juta. Di periode kedua tersebut, Pemkot Kediri menyebutkan program itu dengan prodamas plus. Sebelumnya hanya prodamas. Ia menyebutkan, bidang ekonomi yang sudah dirintis sejak prodamas periode sebelumnya, mulai 2020 ditingkatkan.

Akan tetapi, ditegaskan anggaran prodamas itu sifatnya hanya stimulus saja.Dari alokasi dana prodamas, ia menuturkan, biasanya oleh warga dibelanjakan barang atau alat untuk dikomersilkan. Misalkan RT membeli perangkat alat pesta atau acara semacam tenda terop, sound system, meja kursi untuk disewakan jika ada warga lingkungan RT yang memiliki hajat. Uang hasil sewa tersebut bisa masuk kas RT untuk dikembangkan lagi.

Ada pula yang membentuk kelompok usaha bersama (KUBE) dan kemudian dibelanjakan alat masak, jahit, sablon, dans ejenisnya untuk digunakan produksi bersama.

"Kota Kediri ini memang pertama dan satu-satunya pelaksana program pemberdayaan yang sifatnya bottom-up. Jadi saat ini kami terus aktif melakukan evaluasi demi tercapainya realisasi program yang sesuai harapan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya