BMKG Juanda: Surabaya Bakal Hujan pada Malam Hari

BMKG Juanda prediksi Surabaya alami hujan lokal pukul 13.00 WIB dan 19.00 WIB pada Sabtu, 21 Maret 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Mar 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2020, 12:30 WIB
(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Tugu Pahlawan Merah Putih di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi Surabaya, Jawa Timur berawan pada Sabtu, (21/3/2020).

Mengutip instagram @infobmkgjuanda, Surabaya akan hujan lokal pukul 13.00 WIB dan 19.00 WIB. Sedangkan sore hari berawan dan berlanjut pada pukul 22.00 WIB. Suhu di Surabaya berada di kisaran 24-33 derajat celsius dengan kecepatan angin 20 KM per jam. Kelembaban sekitar 65-85 persen.

Pada siang hari, cuaca di Surabaya sebagian besar hujan lokal dengan suhu 33 derajat celsius dengan kelembaban 65 persen. Kecepatan angin 20 KM per jam dari arah barat.

BMKG Juanda juga merilis peringatan dini tiga harian di wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat pada 21 Maret terutama siang hingga sore hari di sejumlah wilayah untuk kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

ilustrasi hujan.
ilustrasi hujan. (Pixabay)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya