Pemprov Jatim Soroti Daerah yang Ruang Observasinya Kurang dari 20 Persen

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menuturkan, salah satu daerah yang kurang dari 20 persen, yang pertama adalah Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 18 Apr 2020, 14:15 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 14:15 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Konferensi pers perkembangan kasus virus corona baru yang memicu COVID-19 di Gedung Grahadi, Jumat (17/4/2020) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyoroti daerah yang ruang observasinya kurang dari 20 persen.

"Yang kurang dari 20 persen mudah - mudahan bisa menyegerakan dengan gorong royong di desa, kelurahan, maupun di rumah warga yang memiliki rumah yang cukup luas dan halaman yang cukup untuk dijadikan ruang observasi," tutur dia, ditulis Sabtu (18/4/2020).

"Seperti di daerah Kanigoro Blitar yang menjadikan salah satu rumah warga untuk dijadikan ruang observasi," Khofifah menambahkan.

Khofifah mengatakan, daerah yang kurang dari 20 persen, yang pertama adalah Surabaya. Ia mengharapkan, kelurahan-kelurahan atau mungkin ruang-ruang balai desa bisa dijadikan ruang observasi di Surabaya, Jawa Timur

"Angka di Surabaya ini sebetulnya sangat mengkhawatirkan sebetulnya, dari total ODP nya di Surabaya ini 1.728, PDPnya 669, yang terkofirmasi positif 250 orang. Sehingga yang kurang dari 20 persen mudah-mudahan bisa disiapkan," ujar dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Daerah Lainnya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Konferensi pers perkembangan kasus virus corona baru yang memicu COVID-19 di Gedung Grahadi, Jumat (17/4/2020) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Daerah selanjutnya yang kurang dari 20 persen adalah Kota Blitar itu 14,3 persen, Kabupaten Malang 13,6 persen, Kota Madiun 11,1 persen, Kabupaten Probolinggo 9,1 persen, Kota Batu 8,3 persen, Kota Malang 5,3 persen, Kota Probolinggo 3,4 persen dan Kota Kediri 2,2 persen. 

"Posisi seperti ini sebetulnya menjadi bagian dari kewaspadaan dan kesiapsiagaan kita melihat bahwa ternyata upaya kita memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini masih tetap kita lakukan kewaspadaan berganda dan kesiapsiagaan berlapis," kata dia.

Khofifah menuturkan, pola yang harus dilakukan adalah upaya sinergitas di antara seluruh elemen masyarakat dengan menggunakan pendekatan pentahelix atau harus ada lima unsur yaitu pemerintah, masyarakat, akademi, pengusaha dan media 

"Lima hal ini yang akan menjadikan bagian penguatan bagaiman proses membangun semangat kita tetap optimis dan Insya Allah kita akan menang melawan COVID-19, tapi cara yang kita lakukan harus terukur," ucapnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya