PTPN Jatim Targetkan 3.601 Ton Kopi pada Musim Panen 2021

Persaingan kopi di pasar ekspor kini semakin ketat akibat adanya peningkatan pasokan kopi asal Amerika Latin, India, dan Vietnam dengan harga jual lebih rendah.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Agu 2021, 08:15 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2021, 08:15 WIB
Konsumsi Kopi Tinggi, Ditjen Perkebunan Terus Berupaya Dongkrak Produksi Kopi
Ilustrasi Kopi Indonesia.

Liputan6.com, Jember Pada musim panen 2021, yang terjadi pada bulan Agustus, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII menargetkan produksi kopi sebanyak 3.601 ton dari sejumlah perkebunan di Jawa Timur seluas 10.715 hektare.

Kepala Bagian Non Core Business dan Optimalisasi Aset PTPN XII Nelson Limbong menjelaskan bahwa bulan Agustus merupakan puncak panen kopi yang dimulai pada awal bulan.

"Sejumlah kebun kopi milik BUMN tersebut pada Agustus saat ini mengalami puncak panen, setelah bulan lalu memulai awal petik kopi," katanya, Jumat, 20 Agustus 2021, dilansir dari Antara.

Menurut ia, persaingan kopi di pasar ekspor kini semakin ketat akibat adanya peningkatan pasokan kopi asal Amerika Latin, India, dan Vietnam dengan harga jual lebih rendah.

"Cuaca tahun ini cukup bagus, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil panen kopi yang ditargetkan mencapai 3.601 ton yang terdiri dari kopi arabika 1.434.500 kilogram dan jenis robusta 2.167.200 kilogram," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

Persaingan Pasar Ekspor

Ia mengatakan kopi merupakan salah satu komoditas utama yang diusahakan PTPN XII, selain karet, teh, kakao, aneka kayu, dengan areal yang dikelola seluas 5.471 hektare untuk kopi jenis arabika dan kopi robusta 5.244 hektare yang tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Timur.

"Komoditas tersebut diorientasikan ke pasar ekspor meliputi Amerika Serikat, Italia, Jerman, dan Jepang. Sebagian dipasarkan di dalam negeri," katanya.

Menurut dia, pasar kopi dunia saat merebaknya virus COVID-19 tahun lalu mengalami penurunan, tapi kini sudah mulai ada respon di AS dan Eropa seiring meredanya pandemi di kawasan tersebut.

Meski demikian, pembeli masih bersikap menunggu dan melihat perkembangan karena tingkat konsumsi kopi di negara tujuan ekspor belum sepenuhnya pulih.

"Persaingan kopi di pasar ekspor pun semakin tajam, produsen kopi asal Brasil, Kolumbia, India, dan Vietnam menggelontor komoditas tersebut dengan harga jual lebih rendah sehingga mampu menarik buyer," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya