Liputan6.com, Banyuwangi - Kemarau panjang berdampak pada debit air Sungai. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi mencatat, terjadi penurunan debit air sampai 50 persen.
Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengatakan, penurunan debit air ini terjadi dalam waktu yang cukup singkat.
Guntur mengambil contoh di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Pada bulan September lalu debit air bendungan yang mengairi delapan kecamatan ini memiliki debit 8000liter per detik. Sedangkan saat ini debitnya turun menjadi 4.000 liter per detik.
Advertisement
Menurutnya, penurunan debit air ini tidak hanya terjadi di satu dam saja. Beberapa dam lain mengalami kondisi serupa dengan persentase penurunan debit air yang nyaris sama.
“Semua dalm mengalami penyusuatan debit air, persentasenya nyaris sama, penyebab utamanya evoparasi (penguapan air) akibat suhu panas dampak dari El Nino,” ujar Guntur Priambodo di Banyuwangi, Rabu (1/11/2023).
PU pengairan memprioritaskan penggunaan air untuk tanaman padi yang memang sudah masuk masa tanam ketiga dan akan panen. Baru kemudian untuk tanaman palawija yang memasuki masa panen.
Guntur meminta petani tidak buru- buru memulai masa tanam baru, terutama untuk tanaman selingan.
Kata Guntur, saat ini Pemkab Banyuwangi masih fokus menyelamatkan sekitar 13 ribu hektare tanaman padi yang memasuki waktu panen di musim tanam ketiga
“Dalam rencana tata global kita, ada ada 7.000 hektare tanaman padi yang mau panen dan 6.000 hektare baru tanam. Kita coba selamatkan semuanya,” tutur Guntur.
Jangan Buru-buru Menanam
Kondisi seperti ini masih akan berlangsung hingga akhir tahun. Guntur berharap, petani bisa menyesuaikan diri dengan tidak terburu-buru memulai masa tanam karena debit air Sungai masih minim.
“Ini menjadi dilemma sebenernya, petani bisa tidak mendapatkan air. HIPPA bisa tidak menyetujui pemberian air krena jatahnya untuk tanaman musim ketiga,” pungkasnya.
Advertisement