Pakar Unair: Hadapi Evolusi Polio Perlu Pendekatan Holistik, Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat

Guru Besar Paleoantropologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Toetik Koesbardiati menyatakan, polio sebenarnya sudah ada sejak lama dalam peradaban manusia.

oleh Tim Regional diperbarui 09 Feb 2024, 09:02 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2024, 09:02 WIB
Pemkot Malang Target 100.380 Anak Dapat Imunisasi Polio
Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat memberikan imunisasi polio untuk siswa di SD Negeri Kauman 2 pada Senin, 14 Januari 2024

Liputan6.com, Surabaya - Guru Besar Paleoantropologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Toetik Koesbardiati menyatakan, polio sebenarnya sudah ada sejak lama dalam peradaban manusia.

"Polio sejak zaman dahulu sudah terdeteksi di Mesir abad ke-16,” ujarnya, Surabaya, Kamis (8/2/2024).

Keberadaan polio, kata Toetik, terbukti dari penggalian kuburan kuno di Inggris abad keempat. Saat itu terdapat penemuan sisa rangka manusia yang menurut dugaan menderita penyakit polio.

"Ada tanda-tanda ketidaksimetrisan tungkai bawah dan patologi tulang punggungnya,” terangnya.

Seiring perkembangan peradaban manusia, polio juga mengalami evolusi. Faktor yang memengaruhi evolusi ini antara lain adalah perubahan iklim global.

“Perubahan iklim berpengaruh terhadap evolusi ini. Akibatnya, virus bermutasi dengan variasi ekologi,” tuturnya.

Budaya dan cara hidup manusia yang terus berkembang dari masa ke masa juga berpengaruh terhadap evolusi penyakit polio.

“Budaya itu terus berkembang sehingga membentuk masyarakat sekarang namun tetap sedenter. Perubahan ini berkaitan dengan temuan makanan, perkembangan hunian, dan ekspansi,” kata dia.

Dengan kata lain, budaya hidup manusia terus berkembang seiring dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik. Akan tetapi, dampaknya, manusia lebih eksploitatif terhadap bumi sehingga mengakibatkan rusaknya ekologi termasuk pemanasan global.

“Pemanasan global menjadikan banyak es mencair, membangkitkan banyak virus, bakteri, dan parasit. Contoh dampak mencairnya es dan munculnya patogen adalah ketika terjadi kasus Antraks di Siberia,” paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kasus Polio Meningkat Pesat di Wilayah Perang

Imunisasi polio untuk anak di Surabaya. (Istimewa)
Imunisasi polio untuk anak di Surabaya. (Istimewa)

Lalu, bagaimana dengan kondisi saat ini? Selain situasi pemanasan global dan kerusakan ekologi yang terus terjadi, konflik global juga berpengaruh pada kasus polio. Situasi politik dunia yang semakin kacau menjadikan kasus polio cenderung meningkat pesat terutama di wilayah perang.

Situasi perang yang berdampak pada proses migrasi dan evakuasi penduduk juga akan melahirkan diskriminasi terhadap akses vaksin setiap negara. “Kemiskinan dan persoalan diskriminasi berpeluang untuk membatasi akses kesehatan termasuk vaksin.” Ujarnya.

Sebagai langkah untuk mengatasi hal tersebut, Toetik menilai perlu adanya pendekatan holistik. Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan kolaborasi dalam menanggulangi infeksi penyakit ini. Itu semua, sambungnya, bisa dilakukan dengan memulai menerapkan hidup sehat, mencegah kerusakan lingkungan, dan menerapkan kerangka pikir kesehatan global.

“Pendekatan holistik dalam kerangka pikir global health perlu diperhatikan. Mengingat polio bisa menyerang melalui mobilitas manusia dengan konteks lingkungan yang berubah,” tutupnya.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya