Liputan6.com, Malang - Pengunjung wisata Bromo merekam sebuah fenomena alam yang muncul di kawasan lautan pasir. Berupa pusaran angin mirip puting beliung yang tampak menerbangkan material debu dan pasir.
Video berdurasi 1 menit 5 detik itu diunggah diakun media sosial Tiktok disertai tulisan tornado di lautan pasir wisata Bromo. Tidak terlalu besar dan hanya berputar di satu titik saja, tapi pusaran angin itu lumayan menutup jarak pandang.
Baca Juga
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Septi Eka Wardhani menjelaskan, fenomena pusaran angin biasa muncul kawasan lautan pasir Bromo dan sekitarnya terutama ketika musim panas dan kering.
Advertisement
“Itu fenomena biasa dan dikenal dengan nama dust devil,” kata Septi, Rabu, 17 Juli 2024.
Dust devil muncul akibat partikel udara yang sangat panas di atas tanah sehingga membawa material debu dan pasir. Karena itu fenomena ini biasa terjadi di daerah yang memiliki lapisan pasir dan debu seperti gurun atau padang pasir.
Ukurannya tidak terlalu besar dan secara secara visual mirip fenomena puting beliung yang terbentuk akibat tekanan udara angin cumulonimbus.
Kedua fenomena itu jelas berbeda dan jelas bukan tornado yang bisa berukuran sangat besar dan kuat.
“Dust devil umumnya dianggap tidak berbahaya karena kecepatan anginnya cenderung lebih rendah,” ujar Septi.
Meski begitu, dust devil atau setan debu dapat menutup jarak pandang siapapun yang berada dalam jarak terlalu. Material debu dan pasir yang terangkat juga bisa mengganggu penglihatan, terutama bagi pengunjung wisata Bromo yang ada di dekat kemunculan fenomena itu.
Tips Saat Muncul Dust Devil
Septi Eka Wardhani menyebut meski tidak berbahaya tapi pengunjung Bromo harus tetap berhati-hati bila muncul fenomena setan debu itu. Lebih baik menghindar atau seketika menjauh bila melihat fenomena tersebut.
“Kalau terlanjur di posisi dekat pusaran angin itu sebaiknya berhenti dan diam sejenak,” kata dia.
Serta menutup mata dan menggunakan pelindung hidung sampai pusaran angin hilang. Tujuannya untuk melindungi mata dan saluran pernapasan dari paparan langsung material pasir dan debu yang dibawa oleh angin tersebut.
“Tidak berbahaya tapi tetap harus melindungi diri karena dampaknya bisa menganggu kita,” tutur Septi.
Advertisement