Militer Thailand Ancam Blokir Twitter dan Facebook

Pasca mengambil alih pemerintahan, pihak militer Thailand mengancam akan memblokir layanan media sosial di negara itu.

oleh Dewi Widya Ningrum diperbarui 26 Mei 2014, 14:42 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2014, 14:42 WIB
Pemerintah Dinilai Serampangan Tangani Filtering Situs Internet
Ilustrasi (ist.)

Liputan6.com, Thailand - Pasca mengambil alih pemerintahan, pihak militer Thailand mengancam akan memblokir layanan media sosial di negara itu, jika publik kedapatan mengkritik pemimpin militer ataupun memposting konten yang menimbulkan kekacauan melalui media sosial.

Mereka mendesak para penyedia jasa internet (Internet Service Provider/ISP) dan semua pihak yang terlibat untuk menghentikan pesan yang menimbulkan huru hara, melanggar hukum ataupun mengkritik pemimpin kudeta militer.

"Jika kami menemukan pelanggaran, kami akan segera menghentikan layanan itu dan akan memanggil mereka yang bertanggung jawab untuk dituntut," kata salah seorang juru bicara militer,  yang dikutip dari Channel News Asia.

Layanan media sosial seperti Twitter dan Facebook sangat populer di negeri ini. Menurut data yang dilansir The Next Web, jumlah pengguna Facebook di Thailand saat ini tercatat sekitar 25 juta, dan aplikasi pesan instan Line telah diunduh 20 juta kali.

Sementara itu jumlah pengguna Twitter tidak diketahui berapa, namun bahasa Thailand diperkirakan merupakan bahasa ke-12 yang paling banyak digunakan di Twitter.

Pemimpin kudeta militer sebelumnya juga sudah memerintahkan semua stasiun televisi dan radio di Thailand untuk menangguhkan siaran rutin mereka, dan menampilkan siaran kudeta militer. Langkah ini diambil untuk memastikan berita yang sampai ke masyarakat akurat.

Ini bukanlah pertama kalinya Thailand melakukan penyensoran terhadap internet. Pada tahun 2006, pemerintah Thailand pernah memblokir situs berbagi video YouTube karena video yang mengkritik raja dan keluarga kerajaan.

Thailand juga menjadi salah satu negara pertama yang mendukung fitur sensor di Twitter dua tahun lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya