Hacker ISIS Ungkap 100 Nama Militer AS yang Bakal Dipenggal

ISHD mengancam bahwa ke-100 anggota militer AS tersebut akan dibunuh oleh 'saudara kami (ISIS) yang berada di AS'.

oleh Adhi Maulana diperbarui 23 Mar 2015, 15:20 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2015, 15:20 WIB
Hacker ISIS Rilis Daftar 100 Nama Militer AS yang Bakal Dipenggal
ISHD mengancam bahwa ke-100 anggota militer AS tersebut akan dibunuh oleh 'saudara kami (ISIS) yang berada di AS'.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - ISIS kembali menebar teror. Kali ini melalui kelompok hacker yang mengatasnamakan diri sebagai 'Islamic State Hacking Division' (ISHD), mereka telah merilis daftar 100 nama anggota militer Amerika Serikat (AS) yang akan dipenggal di kampung halaman mereka sendiri. 'Kill List' ini pun menjadi viral dan menyebar dengan cepat di internet.

ISHD dalam posting-nya pun menjelaskan bahwa ke-100 anggota militer AS tersebut akan dibunuh oleh 'saudara kami (ISIS) yang berada di AS'. 

Bahayanya, dalam daftar tersebut, data yang dipaparkan oleh ISHD sangatlah detail. Mereka mencantumkan foto terkini, alamat rumah, dan berbagai informasi pribadi lainnya. Kondisi ini membuat ke-100 anggota militer AS tersebut dalam bahaya besar karena dengan data-data itu siapapun di AS kini berpotensi untuk menjadi pelaku penyerangan.

Pihak ISHD mengklaim detail informasi yang mereka cantumkan berhasil didapat dengan cara meretas sejumlah database militer AS, termasuk server dan email para anggota militer.


"Dengan sejumlah besar data yang berhasil kami rebut dari berbagai server berbeda dan database, kami telah memutuskan untuk membocorkan 100 alamat anggota militer AS, sehingga saudara-saudara kami (ISIS) di AS dapat berurusan dengan Anda," tulis IHSD seperti yang dikutip dari laman Daily Mail, Senin (23/3/2015).

"Bunuh mereka di tanah mereka sendiri, penggal kepala mereka di rumah mereka sendiri, menusuk mereka sampai mati saat mereka berjalan-jalan di lingkungan mereka sendiri yang dikira aman," lanjut posting-an ISHD.

Menanggapi kondisi ini, Departemen Pertahanan AS dan FBI mengaku telah menyiapkan tindakan atisipasi. Mereka juga membantah bahwa ISHD berhasil meretas database militer AS.

Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS berdalih bahwa catatan sipil anggota militer AS dapat ditemui di banyak tempat, termasuk dari pemberitaan media, media sosial, bahkan catatan properti yang bisa diakses oleh siapapun.

"Saya tidak bisa mengkonfirmasi apakah detail informasi yang mereka sebarluaskan adalah benar. Tapi kami selalu mendorong anggota kami untuk selalu siap menerapkan prosedur perlindungan," ujarnya.

(dhi/isk)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya