CEO Indosat: Smartphone 4G LTE Masih Terbatas di Pasaran

Ekosistem ponsel 4G yang berjalan di dual frekuensi 1.800 MHz dan 900 MHz dinilai masih sulit bagi operator Indosat

oleh Corry Anestia diperbarui 01 Sep 2015, 18:10 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2015, 18:10 WIB
Ekosistem Ponsel 4G Masih Sulit
Ekosistem ponsel 4G yang berjalan di dual frekuensi 1.800 MHz dan 900 MHz dinilai masih sulit bagi operator Indosat

Liputan6.com, Jakarta - Operator seluler boleh saja giat membangun jaringan komunikasi berbasis teknologi 4G LTE di Indonesia. Namun, hal tersebut tak menjamin para pelanggan akan langsung bermigrasi dari layanan 2G atau 3G ke layanan 4G LTE. 

Menurut Presiden Direktur & CEO Indosat, Alexander Rusli, operator seluler di Tanah Air akan menghadapi tantangan besar dalam menggenjot pertumbuhan pelanggan 4G LTE karena ekosistem perangkat mobile pendukung jaringan 4G LTE di Indonesia hingga saat ini belum cukup luas. Khususnya bagi jajaran perangkat yang memiliki spesifikasi agregasi dual frekuensi (carrier agregation).

"Saat kami trial 4G dengan agregasi kanal di 1800 MHz dan 900 MHz, fasilitas (jaringan) memang ada. Tapi ekosistem ponselnya belum banyak," kata Alexander Rusli, Presiden Direktur & CEO Indosat, Senin (31/8/2015).

Hal tersebut tentunya sangat disayangkan. Sebab, sebenarnya dengan mengandalkan dua kanal frekuensi,  pelanggan dapat menikmati layanan 4G LTE secara lebih optimal. 

Sejauh ini, berbagai produk smartphone yang ramai di pasaran Indonesia hanya mendukung jaringan 4G LTE di frekuensi 1800 MHz. Hal ini wajar karena frekuensi 1800 MHz merupakan standar internasionl dan sudah banyak digunakan untuk layanan 4G LTE di berbagai penjuru dunia. 

Selain ekosistem perangkat yang masih terbatas, operator juga memiliki pekerjaan berat untuk mengedukasi pelanggan yang bermigrasi ke 4G LTE. "Justru kalau layanan 4G on, pelanggan bakal cepat marah. Kenapa? Karena kuota data mereka cepat habis. Ini perlu edukasi juga agar pelanggan paham kenapa pulsa habis," tambahnya.

Bagi operator, layanan 4G yang memiliki kecepatan akses internet tinggi, hal ini menguntungkan karena biaya untuk mengirimkan data per kilobyte (cost delivering per Kb) menjadi lebih murah.

(cas/dhi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya