Keren, Burung Bangau Hasil Origami Benar-benar Bisa Terbang

Menggunakan teknologi bernama Lazurite Fly, burung bangau hasil seni lipat kertas Jepang ini dapat terbang layaknya sebuah drone.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Okt 2015, 07:33 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2015, 07:33 WIB
Lazurite Fly
Tampilan Lazurite Fly yang memiliki bentuk seperti burung bangau hasil lipatan kertas (sumber: cnet.com)

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin bagi sebagian orang sudah tidak asing dengan origami, seni melipat kertas dari Jepang. Meskipun terlihat sederhana, seni melipat kertas ini ternyata dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang rumit termasuk mengilhami sebuah perusahaan untuk melakukan inovasi teknologi. 

Seperti yang dilakukan perusahaan teknologi asal Jepang, RHOM dan perusahaan miniatur pesawat Tyoukogata Hikoutai Lab yang mengembangkan teknologi semacam drone yang berbentuk burung bangau kertas dari hasil origami.

Seperti dikutip dari laman CNET, Kamis (22/10/2015), teknologi yang diberi nama Lazurite Fly ini memiliki bentuk layaknya burung bangau atau Orizuru hasil lipatan kertas. Meskipun memiliki bentuk layaknya burung bangau dari hasil lipatan kertas, Lazurite Fly dapat terbang layaknya sebuah drone.

Hal ini dimungkinkan sebab Lazurite Fly telah dilengkapi dengan microcomputer yang didesain oleh LAPIS, perusahaan semikonduktor dari RHOM yang mendukung kemampuan terbangnya dan memiliki konsumsi tenaga yang lebih efisien.

Dipilihnya hasil karya origami ini sebagai desain karena seni melipat kertas ini merupakan hal yang ikonik dan identik dari Jepang.

Dibuat dari rangka dari hasil cetak 3D yang menggunakan bahan dasar filamen nilon dan dilapisi dengan lapisan kertas, Lazurite Fly hanya memiliki berat 31 gram termasuk dengan baterai dan sensor di tubuhnya yang memiliki panjang 70 cm.

Untuk pengoperasiannya, 'burung bangau' ini dikendalikan melalui remote control. Selain mengusung desain khas Jepang, lewat pengembangan teknologi ini kedua perusahaan bermaksud untuk dapat meniru gerakan alami burung ketika terbang.

Pengembangan Orizuru ini membutuhkan waktu tiga bulan dan RHOM selaku pengembang teknologi ini berharap dapat bekerja sama dengan beberapa perusahaan startup untuk penggunaan teknologi ini dalam beberapa bidang.

(Dam/Cas)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya