Liputan6.com, Jakarta - Operator seluler terbesar di Indonesia, Telkomsel menyatakan ketidaksetujuannya secara tak langsung terkait penerapan network sharing.
Ivan Cahya Permana, VP System and Technology Telkomsel, mengatakan bahwa konsep ini idealnya diterapkan apabila pembangunan stasiun pemancar (BTS) di seluruh Indonesia sudah terpenuhi.
"Masih banyak daerah yang belum ter-cover pembangunan BTS. Jumlah BTS belum cukup (menjangkau Indonesia, red.). Pembangunan masih lama," katanya usai seminar Percepatan Pita Lebar Indonesia yang Efisien Melalui Network Sharing, Kamis (14/1/2016) di Jakarta.
Kendati demikian, pihaknya menilai bahwa Telkomsel aktif secara b2b dan terbatas menerapkan network sharing untuk perangkat RAN (MORAN).
"Namun, untuk MOCN (spectrum sharing), regulasinya masih abu-abu. Selama b2b dan bukan kewajiban, tak ada artinya untuk percepatan pita lebar. Kami dukung selama itu b2b dan membawa asas keseimbangan," tambahnya.
Percepatan Pita Lebar
Pada kesempatan itu, sebelumnya Ivan Cahya juga turut menjadi salah satu pembicara di seminar yang digelar di Gedung Kementerian Kominfo tersebut. Dalam paparannya, Ivan menjelaskan beberapa hal tentang manfaat network sharing termasuk penerapannya yang dapat mempercepat penetrasi broadband (pita lebar) atau tidak.
"Dari 10 negara yang menerapkan active network sharing, hanya dua negara, yakni Brasil dan Rusia. Rata-rata operator di sana punya market share dan kompetisi setara," ungkapnya.
Baca Juga
Namun, lanjut Ivan, active network sharing tidak diterapkan di negara-negara yang memiliki operator dominan, atau operator terbesar. Meskipun network sharing dapat meningkatkan efisiensi biaya bagi operator, Ivan menilai bahwa keuntungan bagi operator dan pelanggan berkurang.
"Makin banyak (network) di-share, jika satu komponen rusak, semua layanan di area itu hilang, ketersediaan layanan berkurang. Bagi operator, keamanan jaringan terganggu," jelasnya.
Ivan menyimpulkan, active network sharing belum tentu mempercepat broadband, jika tidak ditujukan untuk efisiensi biaya dan hemat devisa. Active network sharing diketahui hanya menghemat devisa sekitar 0,13-0,27% dari total impor Indonesia.
(Cas/Why)