Liputan6.com, Denpasar - Kehadiran teknologi telah mengubah cara perusahaan menjalankan bisnis. Di sektor transportasi misalnya, Uber berhasil meraih market capitalization US$ 17 miliar di 2014, padahal mereka tidak memiliki armada mobil. Uber menjalankan bisnis secara digital.
Begitu pula dengan Go-Jek yang kini 'memiliki' lebih dari 200.000 drivers. Netflix sukses menghadirkan inovasi baru dengan menyewakan layanan streaming video. Kehadiran Airbnb pun telah mengubah bisnis pencarian hotel, dan semuanya berbasis digital.
Untuk melakukan transformasi bisnis ke arah digital memang tidak mudah. Menurut Adir Ginting, Country Manager EMC Indonesia, ada tiga aspek yang menjadi tantangan terbesarnya.
Baca Juga
Pertama, harus ada modernisasi dari sisi hardware dan software. Kedua, perusahaan harus mau mengubah proses bisnis. Dan yang ketiga adalah dari sisi people (SDM), termasuk struktur organisasinya. Ketiga aspek itu menurut Adir harus terintegrasi.
Adir memaparkan bahwa dari total budget proyek untuk melakukan transformasi digital, sebagian besar budget akan habis terpakai untuk dialokasi ke konsultan dan mengedukasi SDM.
Selain ketiga faktor di atas, Adi Rusli, Senior Director and Country Manager VMware Indonesia, menambahkan bahwa aspek leadership dan budaya kerja perusahaan juga sangat berperan penting jika ingin sukses melakukan transformasi digital.
"Transformasi digital tidak akan pernah terjadi jika level pemimpinnya tidak punya visi itu," katanya.
Dari sisi budaya kerja, perusahaan harus mau menerapkan budaya kerja yang efisien, seperti mulai meninggalkan hal-hal yang dikerjakan manual menjadi serba digital.
(Dew/Isk)