Cyanogen Mantap Tak Akan Garap Sistem Operasi Utuh

Cyanogen kini memberikan kebebasan perusahaan manufaktur yang ingin bekerja sama menggunakan Cyanogen OS

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 14 Okt 2016, 10:45 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2016, 10:45 WIB
Twitter & Smartfren Dukung Cyanogenmod Ciptakan Pesaing Android
Menariknya, Smartfren Telecom juga tercantum sebagai salah satu investor pendukung Cyanogenmod.

Liputan6.com, California - Cyanogen dikenal sebagai salah satu perusahaan yang kerap membuat sistem operasi utuh tersendiri berbasis Android. Namun baru-baru ini perusahaan itu akan mengubah pendekatan yang dilakukannya selama ini.

Keputusan ini diambil setelah tampuk kepemimpinan di perusahaan itu diganti. Lior Tal selaku CEO baru yang menggantikan Kirt McMaster menawarkan sebuah konsep baru yang disebut sebagai program Cyanogen Modular OS.

Lewat langkah ini, Cyanogen memberikan kebebasan perusahaan manufaktur yang ingin bekerja sama menggunakan Cyanogen OS. Jadi, vendor dapat memilih memakai sistem operasi sesuai dengan kebutuhan mereka.

"Program kemitraan baru ini menawarkan produsen smartphone kebebasan dan kesempatan memperkenalkan perangkat Android yang pintar dan dapat disesuaikan dengan beragam bagian di Cyanogen OS," ujar Tal dalam blog resmi seperti dikutip dari laman Engadget, Jumat (14/10/2016).

Oleh karena itu, vendor dapat menyematkan ponsel dengan menggabungkan beberapa aspek yang ada dalam Cyanogen OS.

Sebagai contoh, ponsel tersebut dapat menggunakan sistem Android stock lalu ditambahkan dengan fitur dan aplikasi yang ada dari Cyanogen.

Keputusan ini bukanlah tanpa alasan. Fragmentasi yang begitu besar di Android mengakibatkan banyak vendor kesulitan mengirimkan pembaruan atau tambalan (patch) keamanan.

Di samping itu, permintaan smartphone murah membuat perusahaan lebih fokus pada persoalan efisiensi ketimbang berinvestasi pada software dan layanan. Hal itu yang kemudian dapat menjadi celah bisnis baru bagi Cyanogen.

Sebelumnya, Cyanogen mengatakan memiliki sekitar 10 juta pengguna aktif. Namun tak sedikit pihak menyebut angka itu terlalu dibesar-besarkan. Karena itu, perubahan strategi ini diharapkan dapat berpengaruh untuk kembali meningkatkan bisnis perusahaan.

(Dam/Why)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya