Perjuangan Samuel Franklyn Melawan Kelumpuhan Selama 6 Tahun

Meski lumpuh total selama 6 tahun, Samuel Franklyn tak pernah lelah bekerja dan terus melahirkan karya di bidang Teknologi Informasi (TI).

oleh Iskandar diperbarui 27 Nov 2016, 16:12 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2016, 16:12 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Perjuangan hidup programmer Samuel Franklyn tak diragukan lagi. Meski lumpuh total selama 6 tahun--tulang-tulang yang melekat dalam tubuhnya tak mampu lagi menopang untuk berdiri sehingga bekerja sambil berbaring--ia tak pernah lelah bekerja dan terus melahirkan karya di bidang Teknologi Informasi (TI) yang telah digeluti sejak 1992.

Semangatnya pun tak pernah redup. Mungkin orang lain akan hilang harapan jika dalam kondisinya, tapi tidak begitu dengan Samuel Franklyn. Ia justru masih tetap memiliki harapan besar dan ingin terus bekerja. Sikap Sam ini tak lepas dari didikan ibunya.

"Ini semua berkat didikan orangtua, mereka selalu bilang bahwa selama masih bisa maka kita harus mandiri. Ibu saya juga sewaktu meninggal, sebelumnya masih bekerja walapun badannya sakit," tutur Sam, sapaan akrabnya, saat ditemui Tekno Liputan6.com di kediamannya di Jalan Asem 4, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Meski sehari-hari ia terbaring di atas kaur, keahliannya dalam utak-atik program komputer, khususnya program Java tidak pernah luntur. Keahliannya bahkan dipercaya oleh salah satu perusahaan global distribution system (GDS) ternama, Galileo Indonesia.

Selain mengerjakan program untuk Galileo Indonesia, Samuel Franklyn juga sempat menjalankan sejumlah proyek lain, salah satunya adalah program parkir bersama temannya.

Kecintaan Sam pada Dunia TI

Kecintaannya pada dunia TI tumbuh sejak kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun kala itu, ketertarikannya menjadi seorang programmer disebabkan iming-iming kekayaan.

Sam berujar, saat itu ia berpkir bahwa dengan menjadi seorang programmer maka bisa menjadikannya kaya raya, seperti Bill Gates (co-founder Microsoft) dan Larry Ellison (co-founder Oracle). 

Namun akhirnya Sam menyadari kekeliruannya. Kesuksesan Gates dan Ellison, katanya, bukan hanya karena menjadi seorang programmer. Tapi juga dibutuhkan keahlian lain, termasuk pandai berbisnis.

"Awalnya ingin menjadi programmer karena ingin kaya seperti Bill Gates dan Larry Ellison, padahal pemikiran seperti itu salah. Mereka itu kaya bukan hanya karena seorang programmer hebat, karena banyak programmer yang lebih hebat dari mereka tapi tidak sekaya mereka," tutur pria berkacamata itu saat bincang santai bersama Tekno Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Samuel Franklyn berkisah mengenai kesuksesan Gates dan pendiri Microsoft lainnya, Paul Allen, dalam mendirikan Microsoft. Mulai dari sejarah DOS dan bisnis Windows yang menggurita. Selain itu, kata Sam, latar belakang Gates dengan orangtua yang ahli hukum memberikannya keunggulan dalam berbisnis, terutama yang menyangkut soal hukum.
Meski dia tidak bisa berdiri dan beraktivitas seperti orang kebanyakan, semangat programmer kelahiran 46 tahun silam ini tidak pernah redup.
Sam rupanya sudah terlanjur jatuh cinta kepada dunia IT, khususnya pemrograman. Dalam perjalanan mempelajari soal pemrograman, ia menemukan sisi lain yang membuatnya memutuskan menjadikan programmer sebagai sebuah profesi.

"Saya akhirnya tahu keasyikannya jadi programmer yaitu memecahkan masalah. Kalau kata dosen saya, programmer itu seperti makan gajah, saking besarnya masalah yang harus dipecahkan. Sehingga nanti kalau program telah selesai dibuat, rasanya akan lega sekali," kata pria lulusan Univesitas Gunadarma ini.

Awal Mula Lumpuh

Awal Mula Lumpuh

Kelumpuhan Sam berawal dari sebuah insiden yang tampaknya sangat sederhana, pada 6 tahun lalu atau tepatnya pada 2010. Saat itu, Sam sedang berjalan untuk mencari taksi, tiba-tiba ia merasakan lutut kirinya seperti hilang kekuatan yang mengakibatkannya jatuh. Namun saat itu tidak terjadi masalah serius, sehingga Sam kembali melanjutkan perjalanan ke kantor.

Beberapa hari kemudian, Sam merasa perutnya kejang dan kaki kesemutan. Tapi semakin lama, dia merasa semakin lemah. Hingga akhirnya tidak bisa berangkat ke kantor.

Melihat salah satu seorang karyawan andalannya sakit, tempat Sam bekreja saat itu yaitu Galileo Indonesia, memaksa dan menyuruh Sam untuk segera berobat ke rumah sakit. Tak hanya itu, seluruh biaya pengobatan juga ditanggung.

"Saya akhirnya ke Rumah Sakit Royal Taruma, dari pemeriksaan di sana saya tahu kalau waktu jatuh ada tulang belakang yang retak," ungkap pria berkacamata ini sambil menutup mata.
Mengira lumpuh, ternyata programmer bernama Samuel Franklyn menderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
Sam kerap menutup matanya ketika sedang mengingat sesuatu. Siapa sangka, tulang-tulang Sam tidak mampu lagi menopang tubuhnya sehingga dia akhirnya harus pasrah berbaring dan tidak bisa lagi berdiri. Sam masih menyimpan harapan dirinya bisa berdiri kembali.

Namun Sam tidak putus semangat dan dia terus melanjutkan pekerjaannya hingga akhirnya memutuskan keluar dari Galileo Indonesia yang menjadi tempatnya bekerja sejak 2007.

Menurut penuturannya, Galileo Indonesia adalah sebuah perusahaan Teknologi Informasi (TI) yang lebih condong ke arah jasa yang menyediakan layanan IT agar travel agent bisa memesan penerbangan internasional.

Sam kemudian kembali bekerja di Galileo Indonesia untuk membuah sebuah program. Sama seperti Galileo Indonesia yang tidak melupakan Sam, begitu pula dengan teman-temannya. Salah satu hal yang dilakukan temannya adalah membuat penopang laptop yang menjadi alat kerja Sam sehari-hari.

"Penopang ini dibuat khusus oleh teman saya. Ini digunakan untuk meletakkan laptop," tutur Sam.

Peran Penting Samuel Franklyn

Peran Penting Samuel di Mata Menkominfo

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sempat mengunjungi Sam di kediamannya. Saat bertemu, Rudiantara tak canggung dan langsung menanyakan kegiatan apa yang saat ini tengah menjadi kesibukan Samuel.

Dalam perbincangan itu, Samuel awalnya menceritakan kelumpuhannya yang dideritanya sejak tahun 2010. Rudiantara mengapresiasi positif semangat yang dimiliki Samuel. Meski kondisi fisiknya lumpuh, salah satu programmer handal di Indonesia itu tetap semangat.

"Saya dikasih tahu sama teman saya. Ini terus terang, Samuel dengan kondisi demikian saja punya semangat pantang menyerah," kata Rudiantara kala itu.

Rudiantara mengatakan seharusnya Indonesia patut bangga memiliki seorang programmer handal, walaupun dengan kondisi fisik saat ini yang dimiliki Samuel mempunyai cukup keterbatasan.

"Kita patut bangga dengan Samuel. Kedua kita harus semangat melihat kondisi Samuel saat ini tetapi dia masih punya semangat untuk mengembangkan ilmun pengetahuan," ucap pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Rudiantara menilai, programmer seperti Sam amat penting perannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Tutup Usia

Samuel Franklyn tutup usia pada Jumat malam (25/11/2016) di Jakarta, setelah melawan penyakit syaraf tulang belakang yang dideritanya sejak 2010. Syaraf tulang belakangnya rusak sehingga ia lumpuh dan hanya bisa bekerja sambil berbaring di atas kasur.

Informasi tersebut beredar luas dari akun Facebook pribadi Samuel Franklyn yang kini dikelola rekan-rekannya.
Meski dia tidak bisa berdiri dan beraktivitas seperti orang kebanyakan, semangat programmer kelahiran 46 tahun silam ini tidak pernah redup.
"Teman kita, Samuel Franklyn, sudah berpulang ke rumah Bapa pada hari Jumat 25 November 2016 malam. Saat ini jenazah disemayamkan di Rumah Duka Jelambar, Ruang Lily lantai dasar. Kebaktian Penutupan Peti akan diadakan malam ini pukul 19.00 dan pemakaman akan dilaksanakan esok pagi, Minggu 27 November 2016, di Tegal Alur. Berangkat dari Rumah Duka pukul 10.00 pagi."

Ucapan belasungkawa dari rekan dan teman-teman Sam juga membanjiri kolom komentar. Pemakaman Sam sendiri telah diadakan pada Minggu pagi, 27 November 2016 di Tegal Alur.

Selamat jalan, Samuel Franklyn...

(Isk/Din)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya