Aplikasi Belanja Online Indonesia Lampaui Situs e-Commerce Asing

Aplikasi e-Commerce buatan anak bangsa berhasil merajai aplikasi e-Commerce lain milik asing, seperti Amazon dan eBay.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 17 Jan 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2017, 11:00 WIB

Liputan6.com, Bandung - Aplikasi e-Commerce buatan anak bangsa berhasil melampaui posisi situs e-Commerce lain milik asing, seperti Amazon dan eBay. 

Berdasarkan survei Sharing Vision, Tokopedia berada di urutan teratas dengan persentase 50,7 persen. Posisi selanjutnya disusul oleh aplikasi Lazada (46,7%) dan Bukalapak (39,7%). 

Ketiga e-Commerce tersebut sudah melampaui trafik sekaligus ranking e-commerce asing, yakni Amazon, Alibaba, dan eBay.

Perlu diketahui, survei ini merupakan kerja sama antara Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Seluruh Indonesia (APJII).

Chief Sharing Vision, Dimitri Mahayana menyebutkan total page view (PV) Bukalapak per harinya mencapai 7,76 juta, sedangkan Tokopedia berkisar 7,58 juta. Sementara OLX hanya 1,43 juta PV dan Lazada 975.000 PV per hari.

"Data kami juga mencatat jumlah merchant Bukalapak akhir tahun lalu sudah 510.000 unit dan Tokopedia 500.000 unit. Sementara Elevania hanya 160.000 dan Lazada 40.000 merchant," kata Dimitri ditemui Tekno Liputan6.com di Bandung beberapa waktu lalu.

Jumlah produk yang ditawarkan merchant Tokopedia mencapai 12 juta, Bukalapak (7,8 juta unit), Elevenia (4 juta unit), dan Blanja.com (3 juta unit).

Ketua Umum Mastel, Kristiono menambahkan aplikasi mobile di kategori media sosial masih didominasi produk asing seperti Instagram (82,6%), Facebook (66,5%), dan Path (49,6%). Sementara, aplikasi pesan instan paling sering digunakan adalah Line (90,5%), WhatsApp (79,3%) dan BBM (33,1%).

"Untuk kategori navigasi paling banyak digunakan adalah Google Maps (91,6%) dan Waze (41,4%). Namun di kedua kategori itu, tidak satupun aplikasi buatan dalam negeri," katanya.

Pihaknya tak menyangka sebagian besar responden (98%) berminat menggunakan ponsel dan aplikasi dalam negeri sebagai tanda masih ada keinginan kemandirian produk digital. 

(Msu/Cas)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya