Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negeri para imigran. Wajar mengingat banyak pendatang mengadu nasib dan berupaya untuk menjadi warga negara resmi di sana.Â
Pasca-larangan imigran masuk ke AS, banyak dari mereka yang menentang keras kebijakan baru Presiden Donald Trump. Terutama mereka yang bekerja di sektor teknologi.Â
Advertisement
Baca Juga
Tentu tak sedikit imigran yang menorehkan sejarah di Negeri Paman Sam tersebut. Sebut saja Nikola Tesla yang terkenal berkat penemuan listrik di Abad ke-19, Elon Musk sang visioner dengan misi ke planet Mars, hingga terkini Satya Nadella yang ditunjuk memimpin Microsoft sejak 2014.Â
Perlu diketahui pula, banyak imigran yang bekerja di Silicon Valley, kawasan terkemuka tempat berkumpulnya perusahaan raksasa hingga startup teknologi. Dengan kata lain, sektor teknologi menjadi salah satu incaran para imigran.Â
Baru-baru ini riset yang dilakukan FundersClub mengungkap seberapa pentingnya imigran bagi industri teknologi di AS. Riset ini mensurvei sebanyak 82 founder, di mana 39 atau 49 persennya adalah kaum first generation (imigran yang pindah ke suatu negara sejak kecil) di AS.
Survei menyebutkan bahwa 39 founder tersebut telah membangun 18 perusahaan, yang menghasilkan 6.208 lapangan pekerjaan di AS. Jumlah tersebut rata-rata sekitar 159 pekerjaan untuk setiap founder imigran.Â
Penting diingat bahwa pekerjaan di sektor IT umumnya memiliki bayaran tinggi. Semakin besar gajinya, semakin besar pula pajak yang dibayarkan. Pajak ini digunakan untuk membayar fasilitas umum, sekolah, hingga asuransi.
FundersClub juga meriset kaum second generation (anak dari kaum first generation) yang lahir saat mereka sudah pindah. Dari 82 enterprenuer, 21 di antaranya adalah anak dari imigran. Jika dikombinasikan, jumlah pekerjaan di AS mencapai 7.632 atau 127 pekerjaan per founder.
"Amerika Serikat makmur selama berabad-abad berkat mereka yang datang bersusah payah ke sini, dengan naik kapal, pesawat, hingga berjalan kaki," Christopher Steiner, penulis riset, seperti dilansir dari The Next Web, Kamis (2/2/2017).Â
"Kontribusi imigran terhadap industri teknologi telah membantu ekonomi AS untuk tetap tumbuh selama beberapa tahun terakhir ini dibandingkan negara-negara maju lainnya. Sumber daya manusia membedakan AS dari negara-negara lain di dunia."
(Cas/Isk)