Mark Zuckerberg Bikin Donald Trump Merasa Terancam?

Semakin giatnya Mark Zuckerberg berkeliling AS, dilaporkan membuat Donald Trump merasa terancam.

oleh Andina Librianty diperbarui 24 Jul 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2017, 08:00 WIB
Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Liputan6.com, Jakarta - Semakin giatnya CEO Facebook, Mark Zuckerberg berkeliling Amerika Serikat (AS), dilaporkan membuat sang Presiden, Donald Trump, merasa terancam. Hal ini disebabkan sejumlah orang mengindikasikan kegiatan Zuckerberg itu sebagai sinyal ketertarikannya mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) AS mendatang.

Dilansir Newsweek, Senin (24/7/2017), perkiraan soal kecemasan Trump itu terlihat menjelang kunjungan Zuckerberg ke Glacier National Park di Montana, yang menjadi simbol kuat bukti perubahan iklim. Sebelum kunjungannya, Trump dilaporkan berusaha menghambat acara tersebut.

Menurut laporan The Washington Post, Trump menginstruksikan para pengelola untuk tidak menemani Zuckerberg dalam acara tur taman yang telah direncanakan tersebut. Selain itu, para karyawan juga dilarang mengunggah apa pun yang berhubungan dengan kunjungan Zuckerberg di media sosial.

Meski demikian, tur tersebut tetap berjalan. Bahkan dalam kunjungannya, Zuckerberg menjelaskan efek yang terlihat dari perubahan iklan di taman tersebut.

"Dampak perubahan iklan sangat jelas di Glacier. Kita harus memastikan taman-taman seperti Glacier dan planet ini secara keseluruhan, agar tetap ada dan bisa dinikmati oleh generasi-generasi masa depan," tulis Zuckerberg di akun Facebook miliknya.

Pernyataan Zuckerberg itu berbanding terbalik dengan Trump. Presiden AS itu sebelumnya mengatakan, perubahan iklim adalah sebuah kebohongan, dan menarik AS keluar dari perjanjian iklim Paris. Ia juga melarang berbagai departemen berbagi data riset atau informasi tentang perubahan iklan dengan publik.

Zuckerberg sendiri dikenal sangat vokal mengkritik kebijakan Trump soal perubahan iklim. Ia mengkritik keputusan penarikan diri AS dari perjanjian Paris, dengan menyebutnya sebagai hal yang buruk bagi lingkungan dan ekonomi, serta membahayakan masa depan anak-anak.

Lebih lanjut, di tengah banyaknya isu tentang ketertarikan Zuckerberg mengikuti Pilpres, sebuah hasil survei menunjukkan peluang yang dimilikinya. Berdasarkan survei Public Policy Polling, Zuckerberg dan Trump sama-sama memiliki peluang suara sebesar 40 persen.

Menurut survei tersebut, publik untuk saat ini belum siap jika seorang miliarder tanpa pengalaman kembali memimpin. Namun, mengingat sepak terjang Mark Zuckerberg yang akan terus berkembang, Trump dinilai tidak ingin mengambil risiko bersaing dengan suami Priscilla Chan itu pada Pilpres 2020.

(Din/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya