Liputan6.com, Jakarta - Hyundai Motor Co (Hyundai) menjadi salah satu investor perusahaan penyedia transportasi online Grab.
Investasi ini dinilai sebagai salah satu upaya Hyundai untuk mengurangi ketergantungan terhadap Tiongkok, menyusul adanya perselisihan diplomatik antara negara tersebut dan Korea Selatan (Korsel).
Untuk diketahui, Grab saat ini mengoperasikan layanannya di delapan negara Asia Tenggara termasuk Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Advertisement
"Kesepakatan itu seharusnya bisa membantu meningkatkan pamor Hyundai Motor di wilayah tersebut, sambil bersiap untuk pasar mobilitas masa depan," kata analis IBK Securities, Lee Sang-hyun, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/1/2018).
Baca Juga
Investasi Hyundai termasuk di dalam penggalangan dana terbaru Grab. Ada sejumlah Investor lain yang juga termasuk di dalamnya, seperti Didi Chuxing, SoftBank, dan Toyota Tsusho.
Lebih lanjut, kedua perusahaan tidak mengumumkan nilai investasi Hyundai di Grab. Juru bicara Hyundai juga menolak memberikan komentar.
Ketertarikan Hyundai terhadap Asia Tenggara meningkat sejak perusahaan-perusahaan Korsel menjadi target "serangan balasan" Tiongkok terkait perseteruan dua negara tersebut. Keduanya berselisih terkait pemasangan sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS) di Korsel.
Grab Sebut Big Data Jadi Strategi Penunjang Layanan
Butuh tiga tahun bagi Grab untuk berkembang menjadi perusahaan penyedia layanan ride-sharing terbesar di Asia Tenggara.
Tiga tahun lalu, adopsi layanan Grab baru menjangkau satu juta perangkat. Kini, sudah ada lebih dari 63 juta perangkat yang memakai Grab.
Tak cuma itu, jumlah booking layanan Grab juga meroket hingga ribuan per detik. Alhasil, Grab harus menambah ratusan database untuk bisa menyimpan rekam jejak data dari booking penumpang. Saat ini sudah lebih dari puluhan Terabyte (TB) data dan log yang tersimpan.
Data sebanyak itu dimanfaatkan Grab untuk menunjang bisnis dan layanannya. Disampaikan Head of Engineering Grab, Ditesh Gathani, pihaknya memanfaatkan big data dari rekam jejak data penumpang dan driver untuk diolah lebih baik lagi. Ia menyebutnya dengan istilah "Demand Data".
Advertisement
Berbekal Kecerdasan Buatan
Berbekal kecerdasan buatan, data pengguna dan penumpang yang diolah diyakini bisa menghasilkan proyeksi layanan yang lebih baik. Namun, Ditesh menekankan, data yang diambil tetap menjaga kerahasiaan penumpang dan driver.
"Data yang kami ambil terjaga kerahasiaannya. Jadi, yang kami olah itu data kebiasaan mereka saat menggunakan semua layanan Grab," ujar Ditesh.
Hasil dari data yang diolah akan memberikan insight bagi layanan untuk bisa berjalan dengan optimal dan lebih cepat. Simpelnya, pemesanan semua layanan Grab akan lebih cepat dari sebelumnya karena bisa berjalan lebih relevan.
"Salah satu relevansi dari data yang diolah adalah mengoptimalkan kecepatan pemesanan. Penumpang otomatis bisa lebih cepat mendapatkan driver. Biasanya kan dulu driver cuma berkumpul di satu spot wilayah tertentu saja. Jadi, di area lain tidak ada pengemudi," ungkap Ditesh.
(Din/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: