Curhat Go-Jek Soal Kakunya Aturan IPO di Indonesia

Go-Jek mengaku berminat untuk melakukan IPO, sayangnya regulasi di IPO di Indonesia masih 'kaku' sehingga rencana ini masih terhambat.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 12 Feb 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2018, 18:00 WIB
Astra dan Go-Jek
CEO Go-Jek Nadiem Makarim (kiri), Menkominfo Rudiantara, dan Presdir Astra International Prijono Sugiarto setelah penandatanganan kesepakatan investasi Astra kepada Go-Jek di Jakarta, Senin (12/2/2018). Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani

Liputan6.com, Jakarta - Startup unicorn Indonesia, Go-Jek mengutarakan keinginannya untuk go-public dengan menawarkan saham perdana (IPO, initial public offering) lewat Bursa Efek Indonesia. Sayangnya, keinginan tersebut terhambat regulasi IPO di Indonesia.

Disampaikan President dan Co-Founder Go-Jek Andre Soelistyo, Go-Jek saat ini masih jadi perusahaan 'muda' dengan historical financial yang masih dibangun. Sementara di Indonesia, untuk IPO ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

"Di luar negeri, IPO lebih fleksibel soal perusahaan profit atau perusahaan bisa memiliki kelas saham yang berbeda apakah itu kepemilikan atau holding. Itu wacana untuk kami sampaikan ke regulator agar lebih fleksibel," kata Andre dalam konferensi pers penandatanganan kerja sama Gojek dan Astra International di Jakarta, Senin (12/2/2018).

Andre lebih lanjut mengatakan, pihak Go-Jek tentu ingin go public. "Keinginan sudah ada, kalau regulator sudah bisa menyesuaikan, kami akan senang sekali," ujar Andre.

Lebih lanjut, Andre mengatakan, dirinya berharap Go-Jek bisa go public lebih cepat. "Dengan demikian, konsumen atau driver kami bisa jadi pemegang saham," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara turut menyambut niat Go-Jek untuk IPO. Dengan IPO, kata Rudiantara, rakyat kecil juga punya potensi untuk memiliki saham di Go-Jek.

Untuk itu, Rudiantara berharap agar seluruh ekosistem mampu mendukung keberadaan perusahaan-perusahaan di Tanah Air, termasuk perubahan regulasi tentang IPO.

"Kalau Go-Jek mau listing di Singapura akan gampang, tapi Indonesia jadi apa?" katanya.

Dapat Investasi Rp 2 Triliun dari Astra

Go-Jek
Penandatanganan kesepakatan investasi antara Astra International dan Go-Jek yang turut dihadiri Menkominfo Rudiantara di Jakarta, Senin (12/2/2018). Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani

Seperti diketahui, PT Astra International Tbk (Astra) mengumumkan investasi modal sebesar US$ 150 juta atau setara Rp 2 triliun untuk startup unicorn Indonesia Go-Jek. 

Founder sekaligus CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim mengatakan, baik Astra maupun Go-Jek merupakan dua perusahaan lokal yang mendirikan bisnis di Indonesia dan sama-sama memiliki misi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara super power. Hal ini dilakukan tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.

"Investasi dari Astra ini maknanya lebih besar dari sekadar financing (pendanaan)," kata Nadiem di Jakarta, Senin (12/2/2018).

Nadiem mengatakan, ada dua hal yang istimewa dari pendanaan Astra kepada Go-Jek. Pertama, kata Nadiem, kucuran dana ini merupakan investasi paling besar yang pernah diberikan Astra untuk bidang digital.

Investasi dari Astra yang Terbesar

Nadiem Makarim
Nadiem Makarim, Founder dan CEO Go-Jek Indonesia

"Kedua, dari semua investor Go-Jek pada putaran pendanaan kali ini, investasi dari Astra International merepresentasikan jumlah investasi terbesar dibandingkan yang lain," katanya.

Dua hal tersebut, kata Nadiem, sangat membanggakan untuk Go-Jek. "Ini membanggakan untuk Go-Jek karena pemain lokal berinvestasi dan partisipasi untuk kemajuan ekonomi digital Indonesia," tutur Nadiem.

Nadiem juga mengatakan, dengan investasi ini, nantinya akan ada kolaborasi lebih erat antara Go-Jek dan Astra, salah satunya dalam menyediakan layanan lebih baik bagi driver Go-Jek.

(Tin/Jek)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya