Literasi Digital Bantu Santri Lawan Radikalisme Online

Gerakan Nasional Literasi Digital SiBerkreasi kembali mengajak kaum muda memaksimalkan manfaat media sosial untuk memproduksi konten positif.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Feb 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2018, 15:00 WIB
Internet
Ilustrasi pengguna internet. ozoneparis.net

Liputan6.com, Jakarta - Gerakan Nasional Literasi Digital SiBerkreasi kembali mengajak kaum muda memaksimalkan manfaat media sosial untuk memproduksi konten positif. Lingkungan pesantren pun juga diminta untuk menangkal konten negatif di internet, termasuk radikalisme online.

SiBerkreasi mengajak para pelajar, terutama santri, untuk memaksimalkan manfaat media sosial, blog, dan platform online lainnya, untuk melawan konten negatif. Saat ini, lingkungan pesantren merupakan salah satu yang paling rentan menjadi sasaran radikalisme online.

Oleh karena itu, SiBerkreasi menggelar dialog terbuka bertema Peran Pelajar dalam Menangkal Hoax dan Optimalisasi Pemanfaatan Media Sosial di Festival Literasi Digital Pesantren di Taman Pendidikan Wahid Hasyim Surabaya, Sabtu (17/02/2018), dengan menyoroti pentingnya peran pelajar, terutama santri dalam menangkal beredarnya hoax yang mengancam persatuan dan keberagaman bangsa.

Acara ini dihadiri lebih dari 800 pelajar dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto dan pelajar dari sekolah-sekolah di sekitarnya. Selain menyimak dialog, para peserta juga mengikuti serangkaian workshop konten positif, di antaranya workshop membuat poster dan meme, workshop smartphone cinematography, workshop menulis blog, workshop syiar online dan workshop UMKM online.

Puti Hasni dari Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU) menyampaikan, IPPNU sudah melakukan berbagai aktivitas untuk membentengi pelajar perempuan NU khususnya, untuk dapat membedakan mana berita hoax dan bukan.

"Para santri kini bisa menyampaikan informasi positif bahkan untuk syiar," katanya, seperti dikutip dari keterangan resmi Kemkominfo, Minggu (18/2/2018).

Dalam acara yang sama, Heri Munajib dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) juga mengajak pelajar agar lebih jeli mengenali ciri-ciri hoax, serta ujaran kebencian di media sosial.

Tidak hanya itu, para pelajar dinilai juga bisa berperan menjadi pengajar bagi orangtua atau generasi tua agar lebih bijak menggunakan sosial media, tidak mudah terpancing berita dan tidak mudah membagikan berita yang belum terbukti kebenarannya.

Apa Itu SiBerkreasi?

Hoax
Ilustrasi berita hoax.

SiBerkreasi merupakan Gerakan Nasional Literasi Digital hasil kolaborasi lebih dari 52 institusi pemerintah maupun swasta, komunitas dan pegiat literasi digital. Gerakan ini merupakan bagian dari komitmen bersama para pemangku kepentingan untuk meningkatkan literasi digital dalam masyarakat melalui ajakan berbagi kreativitas lewat konten positif dan memanfaatkan internet secara bijak dan bertanggun jawab.

Secara garis besar, SiBerkreasi adalah sebuah gerakan nasional untuk menanggulangi ancaman di indonesia yaitu penyebaran konten negatif melalui internet seperti hoax, cyberbullying dan radikalisme online.

Upaya penanggulangan dilakukan dengan cara menyosialisasikan literasi digital ke berbagai sektor terutama pendidikan. Di antaranya, dengan mendorong dimasukkannya materi literasi digital ke dalam kurikulum formal. Gerakan ini juga mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital.

SiBerkreasi hadir dari inisiatif bersama berbagai kalangan, komunitas peduli, swasta, akademisi, masyarakat sipil, pemerintah dan media. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) merupakan salah satu dari 65 lembaga, baik pemerintah, swasta, dan komunitas, yang mendukung Gerakan SiBerkreasi.

Para pendukung lainnya termasuk Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kementerian Sekretaris Negara, Komisi Penyiaran Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF).

Selain itu, juga ada berbagai komunitas pendukung seperti Internet Governance Forum, ICT Watch, Pandi (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia), Nawala.org, Indonesia Child Online Protection (ID-COP: ECPAT Indonesia, Yayasan Sejiwa, Yayasan Kita dan Buah Hati), dan Keluarga Digital Indonesia.

Juga didukung IWITA Jakarta, ID Talent, PARFI 56, Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada, Relawan TIK (RTIK) Indonesia, MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), Japelidi (Jaringan Penggiat Literasi Digital), Kumpulan Emak Blogger, Layaria dan Wikimedia Indonesia.

 

Menkominfo Imbau Literasi Digital

Rudiantara
Menkominfo Rudiantara di Jakarta, Selasa (7/11/2017). Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani

Pemerintah berulangkali menyuarakan literasi digital untuk meredam peredaran konten negatif di internet. Menkominfo, Rudiantara, pada Oktober 2017 menyampaikan sambutan baiknya terhadap Gerakan Nasional Literasi Digital melalui program SiBerkreasi.

Ia menuturkan, upaya memberantas konten negatif merupakan perhatian seluruh pihak, mulai dari komunitas, akademisi, pemerintah, dan media.

"Pembangunan infrastruktur akan terus dilakukan, tapi hal itu harus dibarengi dengan konten. Sebab, kalau kapasitas dan pipanya terus diperbesar, tapi kontennya tak dikelola dengan baik malah akan menjadi bumerang," ujar pria yang akrab dipanggil Chief RA tersebut.

(Din/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya