Lazada Kembali Diguyur Rp 27,5 Triliun dari Alibaba

Alibaba menolak lengah pada ekspansi JD.com di kawasan Asia Tenggara. Tak tanggung-tanggung, puluhan triliun rupiah pun mereka investasikan untuk Lazada,

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Mar 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2018, 16:00 WIB
Ilustrasi Alibaba
Ilustrasi: Alibaba (Sumber: Ubergizmo)

Liputan6.com, Jakarta - Maximilian Bittner selaku pendiri Lazada akan hengkang dari jabatannya sebagai CEO setelah enam tahun menjabat.

Sebagai gantinya, Lucy Peng akan menduduki kursi CEO. Peng sendiri sudah lama menjadi eksekutif di Alibaba, dan kedatangannya ke Lazada akan ditemani investasi segar dari Alibaba senilai Rp 27,5 triliun rupiah.

Dilansir dari Reuters, Senin (19/3/2018), Alibaba memang sedang agresif memperluas ekspansinya di Asia Tenggara bersama mitranya, Ant Financial, sembari berhadapan dengan Amazon dan JD.com untuk mencari konsumen di luar Tiongkok. 

Pihak Alibaba berhara,  investasi ini akan memperkuat integrasi antara Alibaba dan Lazada.

JD.com, yang juga berasal dari Tiongkok, memang sedang gencar melaksanakan ekspansinya di Indonesia dengan nama JD.id.

Perusahaan yang didirikan oleh Liu Qiangdong dan bermarkas di Beijing tersebut sudah terkenal sebagai pesaing utama dari Alibaba.

Sebelumnya, Alibaba sudah memberikan dana investasi dalam jumlah yang sama pada Lazada, sehingga totalnya Lazada mendapat $ 4 miliar.

"Karena adanya populasi muda, tingginya penetrasi seluler, dan hanya tiga persen penjualan ritel dilakukan secara online, kami merasa percaya diri untuk menggandakan upaya di Asia Tenggara," ucap Peng dalam pernyataannya, seperti yang dikutip Forbes.

Peng menambahkan bahwa Lazada memiliki posisi yang bagus untuk mendorong perkembangan perdagangan yang ditunjang Internet di kawasan Asia Tenggara.

 

JD.com Siap Tambah 10 Warehouse Baru di Indonesia

JD.id
JD.id. Dok: JD.id

Kiprah JD.id di pasar Indonesia memang masih terbilang muda. Pemain e-Commerce yang berafiliasi dengan perusahaan asal JD.com tersebut baru berusia baru menginjak usia kedua di tahun ini.

Meski terbilang anyar, JD.com mengaku siap menggarap pasar Indonesia dengan serius. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatkan layanannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia.

Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.ID, Teddy Arifianto, menuturkan JD.ID kini berfokus untuk meningkatkan cakupan layanannya di seluruh Indonesia. Salah satunya dilakukan dengan menambah jumlah warehouse.

Menurut Teddy, dari 5 warehouse yang ada saat ini, JD.ID berencananya setidaknya menambah 8 hingga 10 warehouse lagi hingga akhir tahun. Lokasi tersebut akan tersebar di seluruh wilayah, termasuk Papua.

"Kami memang memiliki rencana untuk membangun warehouse di Papua, sebab permintaannya memang ada. Dengan keberadaan warehouse, tentu akan mengurangi biaya logistik dan mempecepat proses pengiriman," tuturnya saat bertemu dengan awak media di Jakarta.

Namun, ia memang masih belum dapat memastikan kapan warehouse tersebut akan dibangun. Untuk saat ini, wilayah Indonesia timur sendiri masih dilayani oleh warehouse JD.ID yang berada di Makassar dan Surabaya.

Alibaba Kantongi Rp 172 Triliun di Penghujung 2017

Jack Ma
Jack Ma

Sementara, Alibaba sendiri baru saja mengumumkan laporan finansial kuartal IV yang berakhir pada 31 Desember 2017. Menurut perusahaan, kuartal keempat di akhir 2017 menjadi periode yang memuaskan.

Salah satu pemicu utama karena menguatnya daya beli konsumen di Tiongkok serta layanan inovatif yang disediakan untuk pedagang dan konsumen.

“Kami gembira dengan adanya momentum berkelanjutan di ‘New Retail’ setelah pecahnya rekor 11.11 Global Shopping Festival," ujar CEO Alibaba Group Daniel Zhang, dalam keterangan resminya seperti Tekno Liputan6.com.

"Kami memperluas jangkauan dan jejak kami dalam inisiatif ‘New Retail’ melalui penggabungan ritel online dan offline untuk meningkatkan pengalaman konsumen melalui teknologi mobile dan teknologi untuk perusahaan ritel," sambungnya.

CFO Alibaba Group Maggie Wu juga mengungkap pertumbuhan pendapatan Year-over-Year (YoY) perusahaan asal Tiongkok ini meroket 56 persen. Dengan demikian, perusahaan mengantongi pendapatan sebesar US$ 12,7 miliar atau setara dengan Rp 172 triliun.

"Kami menargetkan pendapatan tahun fiskal 2018 sebesar 55-56 persen, naik dari target yang kami sampaikan sebelumnya yaitu 53 persen. Hal ini berkat kinerja dan visibilitas kami yang kuat menjelang akhir tahun fiskal," ujarnya.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya