Data Pengguna Facebook Indonesia Bocor, Kemkominfo Koordinasi dengan Polri

Kemkominfo sudah mulai berkoordinasi dengan Polri untuk mengantisipasi diperlukannya penegakan hukum, terkait skandal penyalahgunaan data pengguna Facebook.

oleh Andina Librianty diperbarui 05 Apr 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 13:00 WIB
Facebook
Data tentang informasi pengguna Facebook yang bocor (Foto: Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sudah mulai berkoordinasi dengan Polri untuk mengantisipasi diperlukannya penegakan hukum, terkait skandal penyalahgunaan data pengguna Facebook. Data milik satu juta pengguna Facebook di Indonesia sudah dipastikan menjadi korban skandal tersebut.

"Kami juga sudah mulai berkoordinasi dengan teman-teman Polri untuk mengantisipasi diperlukannya penegakan hukum secepatnya. Kami koordinasi dengan penegak hukum untuk mengantisipasi kemungkinannya (penyalahgunaan data pengguna Facebook Indonesia), karena Kemkominfo menegakkan hukum fokus di dunia maya," kata Menkominfo Rudiantara, saat dihubungi tim Tekno Liputan6.com pada Kamis (5/4/2018).

Dijelaskannya, jika Facebook sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) terbukti tidak mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia, maka ada sanksi yang menanti.

Penggunaan data di Indonesia saat ini berada di bawah payung hukum Peraturan Menteri (PM) Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi maupun Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

"Terlepas dari hasilnya nanti, penggunaan data tidak layak oleh PSE bisa melanggar PM Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi maupun UU ITE. Sanksinya, bisa mulai dari sanksi administrasi, hukuman badan sampai 12 Tahun dan sanksi denda sampai Rp 12 miliar," jelas pria yang akrab disapa Chief RA tersebut.

Kemkominfo saat ini sedang menunggu pernyataan langsung dari Facebook terkait jumlah pengguna dari Indonesia, yang datanya disalahgunakan Cambridge Analytica. "Kami sedang meminta angka pastinya," kata Rudiantara.

Indonesia Juga Jadi Korban Skandal Penyalahgunaan Data Facebook

Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Eric Risberg, File)

Skandal penyalahgunaan data puluhan juta pengguna Facebook masih belum usai. Setelah dikritik oleh berbagai pihak, Facebook akhirnya membeberkan rincian akun penggunanya yang disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.

Dalam keterangan resminya, Facebook mengungkap informasi dari sekira 87 juta pengguna telah digunakan secara tidak layak oleh Cambridge Analytica.

Sebagian besar merupakan data pengguna Facebook di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia termasuk tiga besar yang menjadi korban.

Sebanyak 70,6 juta akun yang disalahgunakan berasal dari AS, Filipina berada di posisi ke dua dengan 1,2 juta dan Indonesia dengan 1 jutaan akun. Dari total jumlah akun yang disalahgunakan, 1,3 persen adalah milik pengguna di Indonesia.

Negara-negara lain yang juga menjadi korban adalah Inggris, Meksiko, Kanada, India, Brasil, Vietnam dan Australia. Namun, Facebook mengaku tidak tahu rincian data yang diambil dan jumlah pasti akun yang menjadi korban.

Facebook juga akan memberikan pemberitahuan kepada pengguna yang informasinya diduga dibagikan secara tidak layak ke Cambrdige Analytica. "Total, kami yakin informasi dari 87 juta orang di Facebook, sebagian besar di AS, telah dibagikan secara tidak layak dengan Cambridge Analytica," tulis Facebook dalam keterangan resminya, Kamis (5/4/2018).

Skandal Penyalahgunaan Data Facebook

Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Jeff Chiu)

Facebook kerap diterpa masalah terkait keamanan data para pengguna. Sebagai media sosial terbesar di dunia, sudah pasti layanan tersebut menyimpan banyak data.

Salah satu masalah terbaru yang dialami Facebook yaitu kasus penyalahgunaan puluhan juta pengguna dengan melibatkan pihak ketiga. The Guardian melaporkan Cambridge Analytica menggunakan data para pengguna Facebook itu, untuk kepentingan komersial.

Seluruh data tersebut dikumpulkan melalui sebuah aplikasi bernama thisisyourdigitallife, yang dibuat oleh Aleksandr Kogan, terpisah dari pekerjaannya di Cambridge University.

Melalui perusahaannya, Global Science Research (GSR), Kogan berkolaborasi dengan Cambridge Analytica dengan membayar ratusan ribu pengguna Facebook agar menjalani pengujian kepribadian dan menyetujui data mereka diambil untuk kepentingan akademis.

Selain itu, aplikasi tersebut juga mengumpulkan informasi dari teman-teman test-taker di Facebook, yang menyebabkan akumulasi data puluhan juta pengguna.

Facebook dilaporkan sudah lama mengetahui masalah tersebut, tapi perusahaan dikiritik karena tidak mengambil langkah serius untuk mengatasinya.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya