Korut Pakai Teknologi AS untuk Serangan Siber

Korut menggunakan teknologi yang dikembangkan AS dan Korsel untuk melakukan serangan siber.

oleh Andina Librianty diperbarui 08 Jun 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2018, 10:00 WIB
Usai Utus Perwakilan ke AS, Kim Jong-un Terima Menlu Rusia
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Pyongyang, Korea Utara (31/5). Dalam kunjungannya, Lavrov mengundang Kim Jong-Un untuk datang ke Rusia. (AFP/TASS/Pool/Valery Sharifulin)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan riset perusahaan teknologi internet, Recorded Future, Korea Utara (Korut) menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel), untuk menjalankan serangan sibernya.

Hal ini cukup menarik, mengingat Korut tidak memiliki hubungan baik dengan kedua negara tersebut.

Dilansir Softpedia, Jumat (8/6/2018), Korut bergantung pada teknologi terbaru yang dikembangkan oleh AS dan Korsel untuk mengakses internet, yang kemudian digunakan untuk menggelar serangan dengan tujuan mengganggu aktivitas pemerintah tertentu.

Korut sejauh ini diyakini sebagai dalang di balik serangan ransomware WannaCry pada tahun lalu. Serangan ini menyerang cukup banyak sistem di dunia, dan membuat jaringan mati.

Recorded Future menjelaskan, pihaknya bisa mengidentifikasi berbagai produk yang digunakan Korut, seperti Microsoft yang mencakup semua versi Windows dari 2000 hingga 10, beberapa ponsel Samsung, iPhone mulai dari 4s hingga iPhone X dan MacBook.

Diketahui, semua produk tersebut terhubung ke berbagai jaringan internet untuk berbagai tujuan.

"Sebagian besar aktivitas siber Korut kemungkinan dilakukan dari luar negeri, sedikit yang dilakukan dari wilayah Korut. Semua aktivitas tersebut dilakukan menggunakan hardware dan software yang sama," demikian tulis Recorded Future dalam laporannya.

Dalam laporannya, Recorded Future mengungkapkan teknologi AS digunakan Korut meski ada sanksi yang dijatuhkan untuk negara tersebut.

"Korut bekerja cukup profesional terkait berbagai sanksi selama 30 tahun terakhir. Selama beberapa dekade, mereka telah menjalankan jaringan ilegal di sekitar Asia Tenggara, Asia Timur dan Tiongkok," ungkap Director of Strategic Threat Development Recorded Future, Priscilla Moriuchi.

Recorded Future mencatat, aktivitas siber Korut dilakukan menggunakan berbagai nama dan alamat palsu, termasuk sebuah perusahaan bernama Glocom, yang menggunakan jaringan perusahaan lain untuk memboyong teknologi ke negara tersebut.

Serangan Malware: Spyware Mendominasi, Ransomware Kian Agresif

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Terlepas dari penggunaan teknologi siber Korut, serangan jenis malware ransomware mengalami peningkatan tajam pada tahun lalu.

Berdasarkan data "Executive Guide to the NTT Security 2018 Global Threat Intelligence Report" dari Dimension Data, spyware/key logger mendominasi serangan sepanjang tahun lalu, tapi ransomware mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 350 persen year on year.

Jenis ransomware yang mendominasi serangan adalah Locky sebesar 45 persen dan WannaCry 30 persen.

"Ransomware tumbuh sebesar 350 persen dibandingkan 2017. Tahun ini perkiraan kami pertumbuhannya akan tetap besar dan menjadi pintu masuk serangan siber lainnya," tutur Country General Manager Dimension Data, Hendra Lesmana, di kawasan Jakarta, Rabu sore (6/6/2018).

Sebanyak 20 persen dari total serangan ransomware menargetkan industri gim. Hal ini sejalan dengan kian meningkatnya popularitas gim, baik pada perangkat mobile atau Personal Computer (PC).

Sektor lain yang menjadi target ransomware adalah industri bisnis dan layanan profesional, manufaktur, teknologi dan kesehatan.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya