Facebook Setop Proyek Drone Internet Aquila, Apa Alasannya?

Dimulai dari 2014 sebagai bagian dari inisiatif internet.org, Facebook berharap nantinya drone mampu menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau internet.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2018, 11:30 WIB
Drone
Aquila, drone milik Facebook. (Foto: Engadget)

Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat dengan proyek drone Aquila yang diinisiasi Facebook? Ternyata, Facebook baru saja mengumumkan untuk menghentikan proyek tersebut.

Dilansir The Verge dari CNBC, Kamis (28/6/2018), Facebook memiliki cita-cita besar dengan drone buatannya itu.

Dimulai dari 2014 sebagai bagian dari inisiatif internet.org, perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini berharap nantinya drone mampu menjangkau daerah-daerah yang belum terjangkau internet.

Inisiatifnya seperti apa yang dilakukan oleh Alphabet perusahaan induk Google yang menggunakan balon internet.

"Pesawat tanpa awak ini akan membantu menghubungkan seluruh dunia karena mereka dapat melayani 10 persen populasi dunia yang hidup di komunitas terpencil tanpa infrastruktur internet," tulis CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam posting-nya di Facebook pada tahun 2015 lalu.

Pernyataannya itu terlontar ketika perusahaan telah berhasil melakukan uji coba penerbangan pertamanya dari pesawat tanpa awak itu di Inggris. Kemudian, uji penerbangan lainnya pun mengikuti.

Sementara itu, seiring berjalannya waktu, Facebook akhirnya memutuskan untuk memberhentikan proyek ini. Keputusan juga tak bisa dilepaskan karena banyaknya investasi yang harus dikeluarkan.

Kerja Sama dengan Perusahaan Dirgantara

Drone Aquila Facebook
Facebook mengujicoba penerbangan drone Aquila (Sumber: Facebook).

Direktur Teknik Facebook, Yael Maguire, mengatakan lebih baik pihaknya saat ini fokus untuk mengembangkan aplikasi dan bekerja sama aktif dengan perusahaan-perusahaan dirgantara. Khususnya untuk menyediakan sistem pemancar internet dari ketinggian.

"Ketika kami mengembangkan program ini, perusahaan-perusahaan ternama di bidang dirgantara juga ikut mulai mengembangkan teknologi," ujar Maguire.

Persoalan lain juga berasal saat drone Aquila salah memperhitungkan angin selama prosedur pendaratan otomatis sejak 2016 sampai dengan Juni 2017. Aquila juga menghadapi tantangan pada landasan pacu.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya