Gerhana Bulan Terlama Bisa Bikin Manusia Lebih Bergairah, Mitos atau Fakta?

Menurut ahli astrologi Jamie Partridge, gerhana bulan total bisa menimbulkan perasaan bergairah dan lebih berani.

oleh Jeko I. R. diperbarui 24 Jul 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 12:00 WIB
[Bintang] Gerhana Bulan
Penampakan gerhana bulan total di langit Jakarta (31/1/2018). (Bambang E. Ros/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total terlama yang akan berlangsung pada akhir pekan ini ternyata sudah mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Lucunya, fenomena langka tersebut juga disertai sejumlah mitos.

Salah satu mitos yang santer beredar menjelang gerhana bulan total terlama adalah manusia yang bisa lebih bergairah selama peristiwa berlangsung.

Menurut ahli astrologi Jamie Partridge, gerhana bulan total bisa menimbulkan perasaan bergairah dan lebih berani.

Menurut penjelasan Partridge seperti dilansir Mirror pada Selasa (24/7/2018), hal ini bisa saja terjadi karena konjungsi antara satelit alam Bumi dan Planet Mars selama gerhana bulan berlangsung.

Perubahan emosi yang drastis ini, menurutnya sangat sulit untuk dikendalikan. Karenanya, pasti akan ada orang yang sulit mengendalikan kesabaran dan lebih menggebu-gebu. Partridge pun menyarankan mereka untuk beristirahat.

Jika Partridge mengungkap gerhana bulan total terlama bisa membuat manusia lebih bergairah, lain lagi dengan pendeta John Hagee dan Mark Blitz. Mereka berpendapat, gerhana bulan total terlama bisa menjadi tanda-tanda kiamat.

Mereka beralasan, tanda-tanda akhir dunia seperti ini terjadi karena gerhana berlangsung secara berurutan. Ada empat gerhana bulan yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, mulai dari 15 April 2014, 8 Oktober 2014, 4 April 2014, dan 28 September 2015.

Menurut pandangan mereka, setelah gerhana bulan total terlama terjadi, kemungkinan besar akan ada kejadian-kejadian yang menandakan Bumi akan menuju kehancuran.


Jangan Lupa, Gerhana Bulan Terlama Bakal Berlangsung Pekan Ini

Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Penampakan "super blue blood moon" menjelang proses terjadinya gerhana bulan total yang mengubah bulan menjadi kemerahan di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Proses gerhana bulan total tersebut berlangsung selama 4-5 jam. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Gerhana bulan total terlama bakal berlangsung pada pekan ini, tepatnya 28 Juli 2018 waktu dini hari. Fenomena alam yang bakal terjadi pada akhir pekan ini disebut-sebut menjadi gerhana bulan paling lama di abad 21.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengungkap peristiwa gerhana terjadi pukul 01.24-05.19 WIB.

Sementara, fase total akan berlangsung pukul 02.30-04.13 WIB. Semua diperkirakan akan terjadi dalam durasi satu jam 43 menit.

Sebelumnya Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menjelaskan, proses pengamatan gerhana bulan total terlama ini tidak akan dilakukan secara umum. Pasalnya, gerhana bakal berlangsung sejak dini hari sampai Subuh.

"Ya, nanti kita bakal lakukan pengamatan, tapi bukan untuk umum karena gerhana ini bakal terjadi di dini hari pada 28 Juli 2018," ujar Thomas kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (18/7/2018).

Saat ditanyakan apakah ada pengamatan khusus terhadap peristiwa alam ini, Thomas berkata kalau pihaknya hanya ingin mengabadikan momen gerhana bulan saja. "Tidak ada tujuan sains, hanya untuk mengabadikan foto proses gerhana bulan total saja," lanjutnya.


Puncak Gerhana

Melihat Gerhana Bulan di Antara Gedung Pencakar Langit Ibu Kota
Foto multieksposure fenomena gerhana bulan total terlihat di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (31/1). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dijelaskan peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, seluruh wilayah Indonesia memiliki kesempatan untuk melihat gerhana bulan total pada 28 Juli, tepat pada waktu dini hari.

“Puncaknya pukul 03.23 WIB. Di banyak berita disebutkan tanggal 27 Juli (waktu Greenwich, UK),” ujar Rhorom kepada Tekno Liputan6.com via pesan teks.

Terkait durasi gerhana, Rhorom mengungkap durasi gerhana total 1 jam 43 menit. Lalu, kenapa durasi gerhana bulan kali ini lebih lama dari biasanya?

“Memang lama karena saat itu Bulan jauh dari Bumi (di titik apogee, tampak sebagai micromoon), kebalikan dari Super Blue Blood Moon pada Januari lalu,” tandasnya.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya