Peretasan Marriott, Menkominfo: Regulasi Perlindungan Data Harus Dibutuhkan

Diungkapkan Menkominfo, insiden pelanggaran data semacam ini sudah sering terjadi.

oleh Andina Librianty diperbarui 06 Des 2018, 08:17 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 08:17 WIB
Telmin
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, membuka acara Telecommunications and Information Technology Ministers Meeting (TELMIN) ke-18 di Ubud, Bali. Liputan6.com/ Andina Librianty

Liputan6.com, Ubud - Peretasan sistem reservasi tamu Hotel Marriott dinilai kian menunjukkan dibutuhkannya regulasi untuk melindungi data pribadi.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara.

"Ini juga mejadi trigger. Marriot itu ada di berbagai tempat, jadi ini bukan permasalahan fisik, tapi bagaimana kita melindungi (data pribadi) secara regulasi dan sistem," tutur Rudiantara saat ditemui usai rapat ASEAN Telecommunications and Information Technology Ministers Meeting (TELMIN) di Ubud, Bali, Rabu (5/12/2018).

Diungkapkannya, insiden pelanggaran data semacam ini sudah sering terjadi. Salah satu yang membuat heboh ketika dilaporkan telah terjadi kebocoran data pribadi pengguna oleh pihak ketiga di Facebook beberapa waktu lalu.

"Jadi kondisi ini bisa terjadi dimanapun. Yang penting bagi kita adalah bagaimana kita mencoba secara regulasi dan sistem melindungi data-data masyarakat dan digital. Oleh sebab itu, pemerintah dan DPR sepakat memasukkan pembahasan UU (Undang-Undang) Perlindungan Data Pribadi di Prolegnas (Program Legislasi Nasional) 2019," jelasnya.

500 Juta Data Pribadi Tamu Hotel Marriott Bocor

Menkominfo Rudiantara Datang ke KPK
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara seusai menyambangi gedung KPK di Jakarta, Rabu (3/10). Menkominfo Rudiantara menyatakan kehadirannya untuk berdiskusi dengan KPK terkait barang bukti elektronik. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Seperti diketahui, sistem reservasi tamu Hotel Marriott telah diretas, dan hacker telah mencuri informasi pribadi milik 500 juta tamu.

Pihak Hotel Marriott beberapa hari lalu mengatakan, peretasan tersebut terjadi pada database reservasi Starwood milik mereka.

Starwood merupakan grup hotel yang dibeli oleh Marriot pada 2016. St Regis, Westin, Sheraton, dan W Hotels termasuk dalam grup ini.

Berdasarkan penjelasan pihak Marriot, hacker mendapatkan akses tak resmi ke sistem reservasi Starwood sejak 2014. Namun, perusahaan baru mengetahui masalah ini pada pekan lalu.

"Perusahaan baru-baru ini menemukan adanya pihak tak berizin yang memiliki salinan dan informasi terenkripsi tentang database. Kami mengambil langkah untuk menghapusnya," kata Marriott dalam pernyataannya.

Informasi yang terekspos antara lain adalah nama, nomor telepon, alamat email, nomor paspor, tanggal lahir, serta informasi kedatangan dan keberangkatan.

Selain itu, informasi kartu kredit milik jutaan orang berpotensi disalahgunakan.

Langkah Marriot

Berlibur di Courtyard by Marriott Siem Reap Kamboja
Berlibur di Courtyard by Marriott Siem Reap Kamboja. (Foto: Dok. Courtyard by Marriott)

Pihak Marriott juga mengaku telah melaporkan kejadian ini ke penegak hukum.

Mereka berjanji untuk segera menghubungi para tamu yang terdampak peretasan dan membuat sebuah web berisi informasi akan hal tersebut. tidak hanya itu, Marriott juga menyiagakan call center bagi para tamu yang terdampak.

Perusahaan juga menyebut, mereka memberikan keanggotaan tamu ke WebWatcher, sebuah layanan monitoring personal.

Marriott juga meminta ke tamunya, untuk selalu memantau jika ada aktivitas mencurigakan yang tak dilakukan.

Ubah Password

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Selain itu, jaringan hotel terkemuka ini juga meminta para anggota untuk mengubah password dan mengecek kartu kredit mereka jika ada aktivitas yang tak dilakukan oleh mereka.

Sekadar diketahui, peretasan yang dialami Marriott ini menjadi salah satu serangan siber terbesar dalam sejarah, setelah peretasan Yahoo beberapa waktu lalu.

Kala itu, disebutkan, 3 miliar akun Yahoo diretas.

Peretasan Terbesar dalam Sejarah

Hacker
Ilustrasi hacker (thehackernews.co)

Sebelumnya disebutkan kalau peretasan Marriott merupakan serangan siber terbesar kedua dalam sejarah, sementara peretasan paling masif adalah serangan siber terhadap Yahoo. 

Kejadian ini terjadi pada 2013. Disebutkan akun 1 miliar pengguna Yahoo bocor dan terpengaruh karena pembobolan itu.

Namun belakangan, Oath--nama baru Yahoo setelah dibeli Verizon-- membeberkan, jumlah akun yang bocor karena peretasan masif itu sebanyak 3 miliar akun. Demikian seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Ubergizmo.

Konfirmasi tersebut ditulis dalam laman Oath. "Setelah akuisisi Yahoo oleh Verizon dan selama proses integrasi, perusahaan mendapati--setelah dilakukan penyelidikan lewat bantuan ahli forensik luar--semua akun pengguna Yahoo terdampak pada pembobolan data yang terjadi Agustus 2013."

Perusahaan menganggap hal ini bukan isu keamanan baru, namun merupakan kelanjutan dari yang sebelumnya. Perusahaan pun telah mengirimkan pemberitahuan atas hal ini kepada pengguna akun Yahoo.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya