Cincin Planet Saturnus Bakal Lenyap 100 Juta Tahun Lagi

Cincin planet Saturnus sendiri memiliki molekul organik yang terbuat dari material es dan air. Fenomena ini menciptakan hujan besar yang membawa partikel dan gas jatuh ke atmosfer planet.

oleh Jeko I. R. diperbarui 19 Des 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 19 Des 2018, 13:30 WIB
Saturnus
Foto resmi planet Saturnus yang diunggah NASA (Sumber: Gizmodo)

Liputan6.com, Jakarta - Cincin planet Saturnus diprediksi bakal menghilang. Namun setidaknya, cincin planet ini tidak akan menghilang dalam waktu dekat. 

Studi terbaru astronom NASA dari observasi Voyager 1 dan 2 memberikan konfirmasi bahwa planet tersebut akan menghilang dalam waktu yang sangat lama, setidaknya 100 juta tahun lagi.

Cincin planet Saturnus sendiri memiliki molekul organik yang terbuat dari material es dan air. Fenomena ini menciptakan hujan besar yang membawa partikel dan gas jatuh ke atmosfer planet.

Sejumlah hujan membawanya ke atmosfer tertinggi, tetapi sejumlah lainnya membawa partikel dan gas ke garis ekuator planet.

Astronom mengamati, hujan tersebut bisa membawa partikel sebanyak 9.000 kilogram per detik ke dalam planet.

“Kami mengamati kalau hujan cincin ini menarik jumlah air yang banyak dan bahkan bisa ‘menumpahkan’ air tersebut ke dalam planet,” ujar James O’Donoghue, astronom Goddard Space Flight Center, sebagaimana dikutip Geek pada Rabu (19/12/2018). 

“Kalau (peristiwa hujan cincin) ini masih terus-terusan berlangsung, cincin Saturnus akan menghilang dalam waktu 100 tahun lagi,” jelasnya.

 

Molekular Kompleks

Melongok Megahnya Cincin Planet Saturnus
Seberapa besar ukuran cincin Planet Saturnus? Intip penampakannya berikut ini. (doc: Tech Insider)

Pada Oktober 2018, perangkat Ion and Neutral Mass Spectromter (INMS) Cassini sempat menangkap molekul organik dari cincin Saturnus, yang mengambang di hamparan cincin planet.

Sontak, penemuan menakjubkan ini membuat para ilmuwan terkesima, mereka pun berasumsi jika cincin planet Saturnus mengandung sebagian hujan besar yang juga disertai dengan material es dan air.

"Menarik untuk melihat hasil bidikan Cassini yang tidak pernah kita sangka," ujar ilmuwan pimpinan Cassini Linda Spilker seperti dikutip Phys, Minggu (7/10/2018).

Menurut data yang dikirim INMS, hujan dari balik cincin planet meliputi beberapa komponen molekular kompleks, mulai dari air, hidrogen, propana, dan butana.

INMS juga mengukur variasi hujan di balik cincin Saturnus. Perangkat mengungkap kalau daerah cincin 'D' adalah daerah di mana hujan paling besar sering terjadi.

"Banyaknya jumlah hujan yang berlangsung di wilayah D menandakan kalau itu memegang peran besar pada karakteristik atmosfer Saturnus," lanjutnya.

 

Ada Bayangan Aneh di Balik Cincin Saturnus, Apa Itu?

Saturnus
Foto terakhir Planet Saturnus yang dibidik Cassini. (Foto: NASA Jet Propulsion Laboratory)

Sesaat sebelum Cassini menyelami planet Saturnus dan menghancurkan dirinya, pesawat eksplorasi milik NASA tersebut mengabadikan sejumlah foto yang pada akhirnya dikirim ke Bumi. Beberapa di antaranya adalah foto yang menampilkan bayangan aneh di balik cincin planet.

Bayangan diambil saat Cassini melewati lapisan ionosfer Saturnus dari ketinggian antara 2.600-4.000 kilometer (sekitar 1.615-2.485 mil).

Foto memperlihatkan bayangan seolah keluar dari cincin akibat radiasi sinar ultraviolet Matahari yang mengurangi ionisasi di wilayah cincin.

Menurut penelitian ilmuwan dari Swedish Institute of Space Physics dan NASA Goddard Space Flight Center, ionisasi yang berkurang di wilayah cincin tersebut juga mengakibatkan penurunan plasma.

Diungkap, Saturnus memiliki keempat bagian cincin: A, B, C, dan D. Cincin A dan cincin B justru berpotensi terkena radiasi ultraviolet.

Karena itu, bagian cincin yang terkena radiasi ini menghasilkan bayangan aneh yang tertangkap Cassini. Sementara bagian cincin lainnya, C dan D, tidak terkena dampak dari radiasi ultraviolet.

"Ketebalan lapisan elektron di ionosfer Saturnus berubah drastis dari satu orbit ke lainnya. Variasi mengakibatkan efek elektron yang bergesek di bagian cincin planet," ujar peneliti William Kurth.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya