Liputan6.com, Jakarta - Saturnus dinobatkan sebagai planet paling fotogenik di Tata Surya. Klaim tersebut diakui langsung oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.
Baca Juga
Advertisement
Menurut informasi yang dilansir Cosmos Magazine, Kamis (9/8/2018), NASA beralasan, kecantikan Planet Saturnus terbukti dari deretan fotonya yang diambil langsung oleh Teleskop Luar Angkasa milik NASA, yakni Hubble.
Selain itu, Saturnus merupakan satu-satunya planet yang memiliki cincin, hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri yang membuat planet ini menjadi lebih unik dibanding yang lain.Â
Seperti diketahui, Hubble telah mengamati si planet cincin sejak 6 Juni 2018 dalam jarak 2,2 miliar kilometer dari Bumi.Â
Dalam pengamatan tersebut, Hubble berhasil mengabadikan pesona Saturnus dari kegelapan.
Dari situ, foto-foto yang diambil memperlihatkan planet tersebut merona terang secara mistis dan dramatis.
Â
Inilah Potret Terakhir Planet Saturnus
Setelah 13 tahun di luar angkasa, pesawat eksplorasi planet Saturnus milik NASA, Cassini, telah 'menghancurkan' diri dengan terjun ke atmosfer planet mulai September 2017.
Sebelum Cassini mengakhiri hidupnya, ia sudah lebih dulu mengirimkan 42 foto eksklusif si planet cincin ke NASA. Ilmuwan pencitraan NASA menggunakan foto-foto yang diterima dengan menciptakan mosaik wajah Saturnus secara utuh.
Diungkap NASA, foto tersebut diabadikan Cassini sesaat sebelum ia menuju lapisan atmosfer planet. Foto memperlihatkan wajah Saturnus dalam kegelapan bersimbah cahaya kecoklatan, dengan nuansa mistis dan dramatis.
"Perjuangan Cassini benar-benar spektakuler. Kami tak menyangka tugasnya di luar angkasa sana bisa melampaui ekspektasi. Dari detail kecil seperti partikel cincin planet, gambar lanskap bulan Titan dan Encelandus, hingga interior mendalam Saturn, semua telah ia abadikan dalam foto-foto dramatis," ujar Robert West, Deputy Imaging Team Leader NASA Jet Propulsion Laboratory.
Berikut fotonya:
Dengan foto terakhir bidikan Cassini tersebut, NASA percaya foto ini akan menjadi salah satu bukti pencapaian tersukses bahwa mereka memang mampu menjamah Saturnus yang lokasinya jauh dari Bumi.
Advertisement
Death Dive
Proses "Death Dive" yang dilakukan Cassini terjadi pukul 6.30 pagi waktu Amerika Serikat. Adapun data terakhir diterima oleh tim astronom Deep Space Network di Canberra, Australia satu jam setengah setelah Cassini meledak. Data terakhir Cassini berisikan transkrip terkait komposisi planet.
Menurut penjelasan tim astronom NASA, saat Cassini hendak meledakkan diri, antena pesawat bergerak ke arah Bumi. Hal tersebut dilakukan agar proses pengiriman data berlangsung lancar tanpa hambatan.
Setelah itu, barulah Cassini meledak. Komponennya tersebar ke seluruh penjuru atmosfer. Proses peledakan ini seolah membuat Cassini telah menjadi bagian dari Saturnus.
"Cassini adalah pesawat luar angkasa yang sempurna," ujar Julie Webster, Chief Operations Cassini. "Ia telah melakukan semua tugasnya dengan baik, sesuai dengan yang kami rencanakan," tambahnya.
Cassini sendiri telah mencetak rekor karena belum pernah ada pesawat luar angkasa NASA yang sedekat itu dengan Saturnus. Karena itu, pencapaian ini diklaim harus diapresiasi dunia.
 "Meski ini merupakan tugas terakhir Cassini, kami anggap ini sebagai misi baru," kata Project Scientist Lead di NASA Jet Propulsion Laboratory Linda Spilker.
"Kami menerbangkan sebuah pesawat eksplorasi ke tempat yang belum pernah dijamah. Ketika ia terbang ke tempat yang baru, sudah jadi kewajiban baginya untuk menemukan hal yang menakjubkan," ia melanjutkan.
Puncak eksplorasi Cassini sudah terjadi pada 29 November 2016. Ia mengorbit sebuah wilayah yang disebut "F-Ring" usai mengorbit Saturnus sebanyak 22 kali pada saat itu.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: