Huawei Bakal Lebih Fokus pada 5G dan AI Tahun Ini

Bisnis Huawei selama beberapa tahun terakhir berjalan dengan cukup baik, terutama di pasar smartphone dengan menempati peringkat ke dua di dunia.

oleh Andina Librianty diperbarui 11 Jan 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 18:30 WIB
Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)
Salah satu toko resmi Huawei di Beijing, China (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis Huawei selama beberapa tahun terakhir berjalan dengan cukup baik, terutama di pasar smartphone dengan berhasil menempati peringkat ke dua di dunia.

Memasuki tahun baru, Huawei memiliki serangkaian rencana untuk mempertahankan kepercayaan konsumen.

Dilansir GSM Arena, Jumat (11/1/2019), prioritas dan rencana Huawei pada 2019 ini diungkapkan oleh sang CEO, Richard Yu.

Sejumlah rencana tersebut adalah berinvestasi di riset dan pengembangan (R&D), 5G, dan teknologi Artificial Intelligent (AI).

Yu mengatakan, rencana-rencana tersebut bertujuan membantuk sebuah ekosistem agar bisa menghadirkan pengalaman kecerdasan yang dibutuhkan oleh semua konsumen.

"Huawei meyakini kekuatan AI dan berkomitmen menggunakan teknologi untuk membantu anak-anak tunarungu," tuturnya

Selain itu, Yu juga menyoroti isu privasi yang belakangan ini menyerang perusahaan. Seperti diketahui, sejumlah negara menuding produk-produk Huawei digunakan oleh Tiongkok untuk melakukan spionase.

Yu menegaskan bahwa Huawei mematuhi kerangka kerja teknologi privasi yang paling ketat di dunia.

Huawei, katanya, juga merupakan perusahaan yang terbuka bekerja sama dan meraih kesuksesan bersama.

Ia juga mengungkapkan pencapaian penting perusahaan di pasar smartphone pada tahun lalu. Huawei berhasil mengapalkan 200 juta unit smartphone pada 2018, dan merupakan manufaktur terbesar di dunia.

Selain itu, ada 100 juta unit perangkat lain yang dijual pada 2018 termasuk PC, tablet, dan wearable.

Pencapaian ini mendorong perusahaan asal Tiongkok itu sebagai produsen tablet terbesar di dunia, setelah Samsung dan Apple.

Dokumen Ini Ungkap Hubungan Huawei dengan Perusahaan di Iran

Huawei HQ
Device Laboratory milik Huawei di Beijing, Tiongkok. Liputan6.com/Andina Librianty

Dugaan pelanggaran sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang dilakukan oleh Huawei, kembali memasuki babak baru dengan kemunculan dokumen terkait.

Berdasarkan sejumlah dokumen yang didapatkan Reuters, Huawei memiliki hubungan yang lebih dekat dengan dua perusahaan di Iran dibandingkan yang diketahui sebelumnya.

Dua perusahaan yang dimaksud adalah penjual peralatan telekomunikasi beroperasi di Tehran bernama Skycom Tech Co, dan perusahaan induknya yang terdaftar di Mauritius, Canicula Holdings Ltd.

AS menuding Chief Financial Officer (CFO) sekaligus anak pendiri Huawei, Meng Wanzhou, telah menipu perbankan internasional untuk bisa melakukan transaksi kliring dengan Iran melalui klaim bahwa kedua perusahaan itu tidak dikendalikan Huawei.

Dikutip dari Reuters, dalam dokumen-dokumen tersebut terdapat keterangan bahwa seorang eksekutif tingkat tinggi Huawei, telah ditunjuk sebagai manager Skycom.

Selain itu, sedikitnya ada tiga orang dengan nama Mandarin memiliki hak penandatanganan untuk beberapa rekening bank Huawei dan Skycom di Iran.

Reuters juga menemukan bahwa seorang pengacara Timur Tengah mengatakan, bahwa Huawei melakukan operasional di Suriah melalui Canicula.

Data dalam dokumen-dokumen ini menggoyahkan klaim Huawei sebelumnya, yang membantah sudah tidak lagi memiliki hubungan dengan Skycom.

Di sisi lain, otoritas AS menegaskan bahwa Huawei masih mempertahankan kendali atas Skycom untuk menjual peralatan telekomunikasi ke Iran, dan memindahkan uang melalui sistem perbankan internasional.

Sebagai akibat dari tindakan Huawei itu, perbankan internasional tanpa sadar telah "membersihkan" ratusan juta dolar transaksi yang berpotensi melanggar sanksi ekonomi Washington karena telah berbisnis dengan Iran. Huawei sebelumnya disebut melakukan pelanggaran sanksi ini antara 2009 dan 2014.

Sejauh ini pihak-pihak terkait, Meng, Huawei, Canicula, dan Departemen Kehakiman AS, belum mengomentari laporan baru ini.

Adapun Meng pada awal bulan lalu ditangkap di Kanada, tapi kemudian dibebaskan dengan jaminan 10 juta dolar Kanada pada 11 Desember 2018. Ia saat ini masih berada di Vancouver, sementara AS masih berusaha untuk mengekstradisinya.

Di AS, Meng akan menghadapi tuntutan dugaan konspirasi karena telah menipu sejumlah lembaga keuangan, dan menghadapi ancaman hukuman maksimal 30 tahun untuk setiap tuduhan.

Huawei Bantah Punya Hubungan dengan Skycom

Putri pendiri Huawei, Meng Wanzhou, ditahan di Vancouver, Kanada, atas permintaan ekstradisi AS (AP Photo)
Putri pendiri Huawei, Meng Wanzhou, ditahan di Vancouver, Kanada, atas permintaan ekstradisi AS (AP Photo)

Huawei pada Desember 2018 menyampaikan keyakinannya bahwa Meng tidak bersalah dalam kasus ini. Perusahaan pun menggambarkan hubungannya dengan Skycom sebagai "kemitraan bisnis yang normal". Selain itu, Huawei menegaskan mematuhi semua hukum dan peraturan, serta mewajibkan Skycom melakukan hal yang sama.

Penangkapan Meng di Kanada atas surat perintah AS sendiri, menimbulkan kegemparan di Tiongkok. Pasalnya, penangkapan Meng terjadi di tengah meningkatkan ketegangan perdagangan dan militer antara AS dan Beijing.

Selain itu, intelijen AS pernah mengatakan bahwa kemungkinan besar peralatan telekomunikasi Huawei berisi "backdoor" untuk spionase Tiongkok. Huawei berulang kali membantah tudingan tersebut.

Kendati demikian, bantahan tersebut tidak menghentikan Australia dan Selandia Baru, melarang Huawei membangun jaringan ponsel terbaru, serta pihak Inggris juga menyatakan keprihatinan terhadap masalah ini.

Hubungan Huawei dan Skycom

Logo Huawei
Huawei (Foto: Huawei)

Sejumlah bank menanyakan kepada Huawei tentang artikel yang dirilis pada 2012 dan 2013, soal hubungan perusahaan dengan Skycom. Hal ini diketahui dari sejumlah dokumen pengadilan yang diajukan oleh otoritas Kanada atas permintaan AS untuk sidang jaminan Meng di Vancouver pada bulan lalu.

Reuters mengutip data dalam dokumen rahasia itu, otoritas AS mengungkapkan bahwa Meng dan sejumlah karyawan Huawei lain berulang kali berbohong tentang hubungannya dengan Skycom.

Mereka juga mengungkapkan, dalam sebuah pertemuan pribadi dengan seorang eksekutif bank, kemungkinan pada Agustus 2013, Meng mengatakan Huawei telah menjual sahamnya di Skycom.

Namun, Meng tidak mengungkapkan bahwa pembeli Skycom tersebut merupakan perusahaan yang juga dikendalikan oleh Huawei.

Pada dokumen pengadilan, Huawei disebutkan mengatakan kepada eksekutif bank itu bahwa pihaknya telah menjual sahamnya di Skycom pada 2009. Tahun yang sama saat Meng mundur dari dewan direksi Skycom. Pembeli Skycom tidak disebutkan dalam dokumen-dokumen tersebut.

Kemudian diketahui dari data Skycom di Hong Kong, bahwa saham perusahaan dialihkan ke Canicula pada November 2007. Canicula yang terdaftar di Mauritius pada 2006, telah memiliki saham Skycom selama sekira satu dekade.

Menurut sumber Reuters, pihak otoritas AS mengetahui tentang operasional Canicula. Perusahaan memiliki kantor di Damaskus, dan beroperasi di Suriah atas nama Huawei.

Masih menurut sumber, para pelanggan Canicula di sana termasuk tiga perusahaan telekomunikasi besar. Salah satunya adalah MTN Syria, yang dikontrol oleh perusahaan Afrika Selatan, MTN Group Ltd.

MTN memiliki usaha patungan di Iran yakni MTN Irancell, yang merupakan konsumen Huawei. Menurut sumber lain, MTN menyarankan Huawei untuk menyiapkan struktur kantor Skycom di Iran.

"Skycom hanya sekadar ada di lini depan untuk Huawei," ungkap sumber tersebut.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya