CEO Facebook Makin Tak Populer di Kalangan Pegawainya

Baru-baru ini Glassdoor merilis data kalau tingkat kepopuleran Zuckerberg di mata pegawainya turun drastis.

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Jun 2019, 11:30 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 11:30 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Liputan6.com, Jakarta - CEO raksasa teknologi Facebook, Mark Zuckerberg mungkin menjadi sosok pemimpin idaman setiap pegawai karena dedikasinya.

Meski begitu, baru-baru ini Glassdoor merilis data kalau tingkat kepopuleran Zuckerberg di mata pegawainya turun drastis.

Dilansir dari CNN, Kamis (20/6/2019), Mark Zuckerberg yang awalnya memiliki peringkat 16 dalam daftar top CEO berdasarkan pilihan pegawai (Employees' Choice Awards) turun ke peringkat 55. Ini pertama kalinya sang CEO keluar dari 20 besar daftar top CEO sejak 2013.

Sementara, tingkat penerimaan pegawai (employee approval rating) berada di angka 94 persen, turun 2 persen dari tahun sebelumnya. Padahal, saat pertama kali survei Glassdoor dirilis, Zuckerberg menempati posisi paling atas.

Penurunan tingkat popularitas ini disebabkan konflik internal yang membuat situasi bekerja tidak kondusif. Facebook kesulitan merekrut karyawan baru sejak adanya skandal Cambridge Analytica pada Maret 2018.

Demikian harga saham Facebook yang mendekati level yang sama pada Januari 2018. Hal ini dikarenakan banyak karyawan menerima saham sebagai bagian dari kompensasi mereka.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Libra, Mata Uang Kripto Besutan Facebook

Facebook
Ilustrasi Facebook. (Foto: Fox News)

Di sisi lain, Facebook akhirnya resmi memperkenalkan mata uang kripto (cryptocurrency) besutannya yang diberi nama Libra. Melalui mata uang digital ini, Facebook memungkinkan pengguna untuk bertransaksi di seluruh dunia.

Dikutip dari The Guardian, Rabu (19/6/2019), kehadiran Libra menjadi upaya Facebook untuk menjangkau pengguna yang belum memiliki akun perbankan tradisional.

Teknologi ini akan hadir sebagai aplikasi mandiri tersedia di platform lain milik Facebook, seperti WhatsApp dan Messenger. Rencananya, Libra akan tersedia di dua platform tersebut pada 2020.

Menurut Facebook, Libra dapat dipakai pengguna untuk berkirim uang maupun membayar jasa dan barang. Layanan ini akan memiliki dengan mata uang tersendiri dan tidak menggunakan mata uang lokal.

Adapun mata uang yang ditetapkan di Libra didasarkan pada Libra Association, sebuah asosiasi bentukan Facebook yang terdiri dari perusahaan keuangan, lembaga nirlaba, termasuk perusahaan dagang.

Setiap perusahaan yang ingin bergabung asosiasi ini masing-masing berkontribusi USD 10 juta sebagai modal. Beberapa perusahaan yang terlibat adalah Mastercard, PayPal, Coinbase, dan eBay.

Meski dibentuk Facebook, raksasa media sosial itu menyebut bahwa Libra akan berdiri sebagai perusahaan mandiri dan tidak terikat dengan pemerintah. Yayasan ini memiliki kantor pusat di Jenewa, Swiss.

Pakai Teknologi Sendiri

Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Berbeda dari bitcoin dan cryptocurrency lain, Libra terikat dengan sejumlah aset global. Hal ini dilakukan untuk mencegah Libra memiliki tingkat volalilitas tinggi.

Facebook juga membangun mata uang ini dari teknologi blockhain yang dibuat sendiri. Dengan cara ini, perusahaan dapat meningkatkan skala penggunaan yang lebih luas secara cepat.

Selain itu, Libra juga berbeda dari cryptocurrency yang terbuka dan dapat diakses siapa saja. Teknologi Libra bersifat tertutup dan hanya sejumlah orang saja yang dapat menjalankannya termasuk melakukan verifikasi transaksi.

(Tik/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya