Liputan6.com, Jakarta - Indosat Ooredoo mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales and Purchase Agreement/SPA) dengan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) pada Senin (14/10/2019). Kedua perusahaan itu telah ditetapkan sebagai pemenang dari proses tender penjualan 3.100 BTS milik Indosat Ooredoo.
Mitratel memenangkan tender untuk 2.100 BTS dan Protelindo memenangkan tender untuk 1000 BTS. Nilai transaksi ini mencapai Rp 6,39 Trilliun dan akan dibayarkan seluruhnya dalam bentuk tunai sebelum akhir tahun ini. Kemudian, Indosat Ooredoo akan kembali menyewa BTS itu selama sepuluh tahun bersamaan dengan penyelesaian transaksi.
Advertisement
Baca Juga
"Kami senang telah menyelesaikan transaksi ini yang akan memberikan manfaat positif bagi semua pihak. Transaksi ini memungkinkan Indosat Ooredoo untuk mempercepat pelaksanaan strategi kami, dan terutama untuk terus meningkatkan pengalaman terbaik bagi pelanggan kami," kata Presdir & CEO Indosat Ooredoo, Ahmad Al Neama.
Perusahaan, kata Ahmad, telah menempatkan portofolio berkualitas tinggi bersama dua perusahaan penyedia BTS itu dan "akan menyewa kembali dengan persyaratan menarik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kami secara berkelanjutan."
Kemitraan Jangka Panjang
Sementara itu, Dirut Mitratel, Herlan Wijanarko, menyambut transaksi ini dengan gembira.
"Kami berkeyakinan pada masa mendatang industri BTS masih terus tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi dan layanan seluler. Akuisisi 2.100 BTS Indosat Ooredoo ini akan memperkuat fundamental bisnis dan menciptakan nilai tambah bagi Mitratel secara signifikan, sekaligus sejalan dengan rencana jangka panjang Perseroan," ujar Herlan.
Senada dengan Herlan, Dirut & CEO Protelindo, Ferdinandus Aming Santoso, mengatakan bahwa transaksi ini akan memperkuat kemitraan strategis jangka panjang dan meningkatkan hubungan bisnis produktif.
"Penambahan 1.000 BTS dan kurang lebih 1.850 tenant akan semakin memperkuat posisi kami sebagai penyedia BTS terbesar di Indonesia dengan jumlah BTS hampir 20.000 dan jumlah tenant lebih dari 32.000," tutur Ferdinandus.
Dalam transaksi ini J.P. Morgan menjadi penasihat keuangan eksklusif Indosat Ooredoo. Adapun Redpeak Advisers bertindak sebagai penasihat keuangan Protelindo, serta Credit Suisse menjadi penasehat keuangan Mitratel untuk transaksi di atas.
Advertisement
Lelang Tender
Diwartakan sebelumnya, Indosat Ooredoo akan menggelar lelang 3.100 menara miliknya untuk mendapatkan dana segar. Saat ini proses lelang masih dalam tahap due dilligence atau uji tuntas.
Lima perusahaan menara dikabarkan berminat ikut dalam tender. Antara lain PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui anak usaha Protelindo, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Centratama Telekomunikasi (CENT), dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan nilai sebuah aset akan wajar jika tak jauh berbeda dengan harga di pasar, sehingga industri bisa menerimanya.
"Kalau pasar bisa menyerap, itu artinya harganya wajar. Harga wajar itu bisa dilihat dari besaran pada pemanfaatannya," kata Reza dalam pernyataannya, Minggu (8/9/2019).
Sementara Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi dalam kajiannya memprediksi harga per menara milik Indosat Ooredoo akan dibuka sekitar US$ 140 ribu atau sekitar Rp 2 miliar (asumsi Rp 14.067 per USD 1) dalam lelang kali ini.
"Angka ini berkaca pada transaksi Indosat-TBIG pada 2013, serta transaksi yang dilakukan XL Axiata dengan SUPR pada 2014, dan XL-Protelindo pada 2016," paparnya.
Pada 2013, Indosat melepas 2.500 menaranya ke Tower Bersama senilai US$ 406 juta (sebelum dikenakan beberapa penyesuaian harga).
Dari total nilai akuisisi tersebut, sebesar 17,98 persen atau USD 73 juta dibayar dalam bentuk saham dari perusahaan menara itu.
(Why/Ysl)